Ketua Umum BKOW Bali Buka Sosialisasi Pencegahan KDRT yang Berimplikasi Stunting
Ketua Umum Badan Kerjasama Organisasi Wanita (BKOW) Provinsi Bali, Ny. Tjok Putri Hariyani Ardhana Sukawati melanjutkan program sosialisasi pencegahan kekerasan dalam rumah tangga yang berimplikasi pada stunting, di Gedung Wanita Laksmi Graha, Senin, 3 April 2023. (ist)
BULELENG - Setelah melaksanakan sosialisasi pencegahan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di beberapa Kabupaten wilayah Bali bagian timur, Ketua Umum Badan Kerjasama Organisasi Wanita (BKOW) Provinsi Bali, Ny. Tjok Putri Hariyani Ardhana Sukawati melanjutkan program sosialisasi pencegahan kekerasan dalam rumah tangga yang berimplikasi pada stunting, di Gedung Wanita Laksmi Graha, Senin, 3 April 2023.
Kegiatan ini di rangkai dengan peringatan HUT ke-60 BKOW sekaligus peringatan hari Kartini.
Ny. Tjok. Putri Hariyani Ardhana Sukawati dalam wawancaranya menyampaikan, bahwa wanita memiliki peran yang sangat penting dalam upaya penurunan stunting mengingat dari merekalah akan lahir anak-anak generasi penerus bangsa yang sehat, kuat dan berkualitas.
Oleh sebab itu, tata pola asuh anak yang sesuai dan berkualitas akan nampak dari hubungan harmonis orangtuanya, baik si ayah ataupun si ibu wajib memiliki komunikasi yang sehat dan baik dalam mengasuh anak-anaknya.
Selain itu, menurutnya sangat penting untuk menjaga kesehatan fisik, mental bahkan kesehatan reproduksi para wanita, mulai dari masa remaja, sebagai calon pengantin, saat kehamilan dan menyusui hingga membesarkan anak.
Khusus dalam perawatan anak, Ketua Umum BKOW Bali Ny. Tjok Putri menekankan pentingnya 1000 hari pertama kehidupan anak yang dihitung sejak janin dalam kandungan.
"Seribu hari pertama ini merupakan masa-masa emas yang akan mempengaruhi dan menentukan cikal bakal perkembangan kecerdasan anak jangka panjang. Pola asuh yang tidak sesuai serta pemenuhan gizi yang kurang tepat pada masa-masa ini akan mengakibatkan anak berisiko stunting yang merupakan kondisi gagal tumbuh kembang pada anak yang berimplikasi pada terhambatnya perkembangan otak anak", tegasnya.
Ia juga menyampaikan bahwa disamping pola pengasuhan anak yang berkualitas, kesetaraan gender di lingkungan sosial masyarakat juga turut berpengaruh pada perkembangan tumbuh kembang anak. “Peran antara ayah dan ibu harus seimbang, jangan hanya didominasi oleh satu pihak saja,” tegas Ny. Tjok Putri.
Menurutnya lagi, walaupun masyarakat khususnya masyarakat Bali menganut sistem patrilineal, namun harus ada kesetaraan hak dan kewajiban dalam rumah tangga antara pria dan wanita. Ini akan membantu pola asuh anak menjadi lebih seimbang dan berkualitas.
Ketua Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Kabupaten Buleleng Ida Ayu Wardhani Sutjidra mengatakan saat ini Kabupaten Buleleng mencatat penderita stunting tercatat 11 persen dari jumlah penduduk Kabupaten Buleleng. Mengingat bahwa stunting itu layaknya seperti penyakit stadium 4, dimana susah untuk diobati, sehingga perlu dilakukan pemutusan stunting dengan cara memberian asupan gizi yang baik kepada anak-anak usia remaja (terutama perempuan karena nantinya akan mengandung), ibu hamil, ibu menyusui dan bayi itu sendiri.
Asupan gizi yang baik merupakan syarat mutlak pendukung tumbuh kembang anak agar tumbuh sehat, kuat, cerdas dan berkualitas. Karena dengan sehat, setiap generasi akan fokus dalam mengisi diri dengan keahlian yang diinginkannya sebagai bekal masa depannya.
Kegiatan sosialisasi ini juga diisi dengan penyerahan 50 paket sembako kepada kelompok rentan yang terdiri dari perempuan kepala keluarga, ibu hamil, lansia, balita kurang gizi serta disabilitas.
Disamping itu turut juga dilakukan sosialisasi mengenai dampak kekerasan rumah tangga terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, dalam hal ini ditekankan bahwa peran perempuan dan pengasuhan setara dalam penurunan stunting oleh Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Bali, Putu Sukarini.
Selain itu, hadir juga didaulat sebagai narasumber dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali yakni Ni Made Ayu Diah Prabasari seorang Analisis Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Bali.
Pada kesempatan ini, disampaikan pentingnya ibu yang sudah melahirkan untuk terus memantau perkembangan bayinya, terutama rutin ke puskesmas untuk mengawal perkembangan otaknya, sekaligus pertumbuhan berat badan dan tinggi badannya.
Hal ini akan membantu para ibu-ibu untuk mengetahui dan mendeteksi perkembangan bayinya, terutama pada 1000 hari pertama kehidupan (masa emasnya).
Ditambahkannya pula, ibu hamil wajib mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi, karena selama mengandung, ibu hamil membutuhkan asam folat, tablet tambah darah sebanyak 120 tablet selama hamil, zat yodium, protein untuk membentuk tumbuh dan tinggi tubuh si bayi.
Dan setiap perempuan harus membekali diri dengan banyak hal yang berkaitan dengan pengetahuan tumbuh kembang janin, bayi dan anak agar tidak mengalami stunting.
Selain itu, faktor sosial ekonomi di keluarga atau organisasi internal dan kekerasan rumah tangga juga menjadi faktor penyebab terjadinya stunting. Adanya kerjasama antara pasangan suami istri dalam membangun keharmonisan rumah tangga sehingga fokus dalam mendidik anak dan lahir putra-putri yang cerdas, kuat dan berkualitas.
Disamping itu, ditekankan pula bahwa 70 persen anak stunting juga diakibatkan melalui pola asuh yang dilakukan oleh orangtua (terutama laki-laki/ ayah bayi) yang merokok aktif.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut Ketua GOW Kabupaten Buleleng IA Wardhani Sutjidra , Ketua Dharma Wanita Kabupaten Buleleng, Ketua Gatriwara Kabupaten Buleleng, Ketua Persit Kabupaten Buleleng, DinasSosial P3A Provinsi Bali serta FKPD Kabupaten Buleleng. ***
Komentar