Mendak Isepan, Ngeroras Masal Arya Kenuruhan
- 17 Agustus 2018
- 08:29 WITA
- Sosial Budaya
- Bali
foto : Oke
KARANGASEM - Prosesi Mendak Isepan di Pura Penyatur Kangin, Desa sibetan, Bebendem berlangsung khusuk. Kegiatan ini berkaitan dengan upacara Ngeroras masal yang akan digelar Pesemetonan Sire Arya Kenuruhan Bali di Sibetan. Sebelumnya kegiatan ini sudah digelar secara rutin selama lima kali.
Sementara peserta kali ini sebenyak 335 puspa. Per puspa hanya dikenakan Rp 1,5 juta. selaian ngerorras juga ada meotonan dan juga metatah. Sebelumnya juga telah dilakukan upacara Ngaben masal.
Ketua Umum Pertisentana Sire Arya Kenuruhan Pusat, I Wayan Geredeg mengakui kalau kegiatan ini sebagai bentuk kebersamaan pesemetonan Arya Kenuruhan dalam melaksanakan upacara. Ini sebagai tanda bakti kepada leluhur.
Dengan cara bersama sama seperti ini akan jauh lebih meringankan. Dari segi biaya dan juga dari segi penggerapan. Selaian itu juga untuk menjaga gotong royong dan kebersamaan diantara penesmetonan. Tahun ini pesrta sedikit turun, ini karena banyak yang waswas kalau kegiatan ini tidak akan digelar karena kondisi Gunung Agung yang sempat level IV dan sekarang sudah leval III.
Geredeg senidiri mengaku kagum dengan semengat pesemetonan. Bahkan saat mendek isepan kemain sekitar 7000 warga datang. Sementara itu prosesi mendek isepan usai sembahyang, kemudian dilakukan peed dari Pura Catur Kangin menuju Merajan Arya Kenuruhan, Sibetan.
Menurut Jro Mangku Jati mendek isepan itu diawali dengan tambur yang menandakan kalau sedang ada upacara. Sementara ritual tersebut digelar di Penyatur Kangin karena timur merupakan terbitnya matahari. Sehingga mendapat jalan atau sinar suci Dewa Surya sehingga ada jalan terang.
Upacara ini dipuput Ide Pedanda Istri Buruan dari Geria Kanginan, Sibetan. Sementara tebu yang di arak ada 108 buah tebu dengan daun dan yang lainya tebu pendek. Angka 108 mlambangkan angka tertinnggi menurut filsafat hindu sehingga sang leluhur diaharapkan bsia mencapai tempat tertinggi. “Mendak isepan itu artinya menjemput Tebu,” ujarnya.
Tebu merupakan bahan gula yang akan dipergunakan sebagai pemanis jajanan catur yang akan di buat. Tebu menyimbulkan kalau sari tebu adalah hal hal yang baik sehingga harus diambil. Sementara ampasnya di buang. Ini juga melambangkan dalam hidup yang bagus dan positif diambil danbuang hal hal yang negative.
Sementara itu Ketua DPRD Karangasem Nengah Sumardi yang hadir dalam upacara tersebut mendorong dilekukan upacara masal seperti ini. Karena akan sangat membantu umat. “Harapanya kalau terus dilakukan seperti ini akan bisa menekan angka kemiskinan di Karangasem. Sebab upacara kalau dilakukan sendirian biaya cukup besar sehingga membebani umat. Kami di lembaga akan terus mendorong pelaksaan ritual masal seperti ini,” ujarnya. (Oke/Cia)
Komentar