Ngusaba Sumbu Bungaya dengan Rejang Deha
- 10 Juni 2018
- 00:27 WITA
- Sosial Budaya
- Bali
foto : Oke
KARANGASEM - Bungaya termasuk salah satu desa tua di Bali. Bahkan Desa ini disebut sebut sudah ada sejak jama kerejaan Majapahit. Ini terbukti dengan adanya intrumen Selonding di Desa adat tersebut. bahkan Selonding di Bungaya sangat di sakralkan oleh warga setempat.
Sebagai salah satu desa tua Bungaya juga dikenal dengan tradisi adatnya yang unik dan menarik serta sacral. Diantaranya yang sangat penomenal adalah Ngusaba Dangsil. Ngusana Dangsil sendiri merupakan ngusaba terbesar di Bungaya. Ngusaba ini digelar dengan kurun waktu sekitar 30 tahun sekali. Hanya saja tidak ada kurun waktu yang pas untuk menggelar ngusaba tersebut.
Selaian ngusaba Dangsil aci sacral lainya adalah Ngusaba Sumbu. Ngusaba Sumbu sendiri saat ini sedang digelar di Desa tersebut. Prosesi Ngusaba Sumbu sendiri sudah dilakukan 5 juni dan akan berakhir `12 Juni nanti.
Menurut Gede Krisna Adiwidana Keliang Pura Pajenengan Dadia Pasek Kaler Kangin Pengempon Prelingga Ida Bethara Lod Pasarmenatakan prosesi Ngusaba Sumbu mulai dilakukan di Pura Pesuikan setempat diawali dengan menghias Prelingga Ide Betara.
“Prosesi di Pura Pesuikan dilakukan selama tiga hari, kemudian Ngusaba di gelar di Pura Ulun Toya dan dilanjutkan dengan di Pura Desa,” jelasnya.
Sementara itu prosesinya seteleh ngaturang Lis di Pura Puseh prelingga ke iring ke Pura Pesuikan dan dilanjutkan dengan menghias lagi Prelingga Ide Betara di Lod Pasar. Kemudian semua prelingga di Pura Pesuikan juga dihias.
Dari Sana semua prelingga melakukan mesucian di Pura Batu Sanghyang dan Ke Beji Saga. Dari sana Prelingga Ide Betara kembali ke Pura Pesuikan kemudian menghaturkan banten diiringi dengan Rejang Deha. Rejang Deha sendiri adalaj rejang sacral yang hanya ditarikan para Deha Bungaya. Deha dan Teruna Bungaya sendiri hanya dilantik saat Ngusaba Dangsil sekitar 30 tahun sekali.
Disana juga katuran Banten Pemios usai mesucian atau kebeji. Ngusaba Sumbu sendiri digelar setahun sekali setiap sasih Kesada (bulan ke 12 bulan Bali). pelaksaan Ngusaba Sumbu sendiri dilakukan selama tujuh hari. Uniknya adalah menggunakan sumbu dan pakaian deha serta penggunaan Onggar onggar (hiasa bunga red).
Sementara untuk Sumbu diantaranya di Pura Pesuikan ada enam buah, Pura Ulun Toya dua dan Pura Desa enam buah. Sumbu terbuat dengan menggunakan bamboo kemudian di hias dengan pala gantung dan pala bungkah yakni aneka buah dan umbi umbian serta hiasan dengan menggunakan daun lontar dan janur. Di Pura Pesuikan sendiri neyjer selama tiga hari, Pura Ulun Sui satu hari dan Pura Desa selama tiga hari.
Selama Ide Batara Nyejer disetiap Pura ada Rejang Deha dan tari Pendet Deha sebagai persembahan kepada Ide Batara. Prosesi ini memang sebagian besar dilakukan pada malam hari ini menandakan Desa Bungaya sebagai Desa yang agraris. Dimana pada siang hari warganya bekerja di kebun dan sawah sementara upacara baru bisa dilakukan pada malam hari.
Namun demikian prosesi pada siang hari tetap ada. Diantaranya Rejang Lemah yang akan digelar mulai hari ini di Pura Desa. Saat itu juga ada kerama dari Puri Karangasem, Asak dan juga Jungsri yang datang untuk medek ke Pura Desa Bungaya. Sementara makna dari Ngusaba Sumbu sendiri adalah sebagai ucapan perima kasih kepada Tuhan atas segala berkah kesuburan yang dianugrahkan. Makanya Sumbu yang merupakan sarana utama menggunakan buah buahan dan umbi umbian. Sementara sasih Kesada sebagai akhir masa untuk menginjak tahun baru berikutnya. (Oke)
Komentar