Koster Luncurkan Program Bangun Rumah Layak Huni bagi Warga Miskin
foto : istimewa
BANGLI - Bagi Anda warga tak mampu yang belum memiliki rumah hunian, kini cita-cita itu bisa diwujudkan. Ya, calon Gubernur Bali nomor urut 1, Wayan Koster berkomitmen penuh memenuhi kebutuhan papan warga miskin yang memang menjadi salah satu dari lima program prioritas unggulannya dalam memimpin Bali lima tahun ke depan.
Jika selama ini Anda selalu berpindah tempat dari satu rumah kos ke kontrakan lainnya, Koster menjamin hal itu tidak akan terjadi lagi. Pemerintah kelak, Koster berkomitmen, akan menanggung biaya bagi warga miskin yang ingin membangun rumah.
Program itu diberi nama rumah layak huni bagi masyarakat miskin. Syaratnya sederhana, hanya memiliki tanah saja. "Jadi, bagi keluarga tidak mampu karena tidak punya biaya dan hanya punya lahan saja, ayo kita bangun rumah. Biayanya ditanggung pemerintah nanti," kata Koster di hadapan ribuan warga Banjar Guliang Kawan, Desa Bunutin, Kecamatan Bangli, Selasa malam, 23 April 2018.
Nantinya, besaran biaya yang akan digelontor oleh pemerintah adalah sebesar Rp50 juta untuk satu unit rumah. "Silakan bangun rumahnya, dananya kita bantu Rp50 juta. Syaratnya asal warga punya lahannya," papar dia. Skema lain yang ditawarkan oleh Koster bagi warga yang telah memiliki hunian melalui program bedah rumah agar semakin layak untuk ditinggali. Dana yang akan dikucurkan juga besarannya sama yakni Rp50 juta.
Bagi warga yang telah mengikuti program bedah rumah pada masa kepemimpinan Made Mangku Pastika dengan anggaran sebesar Rp30 juta, bisa mengajukan kembali kepada Pemprov Bali untuk mendapatkan sisa anggarannya sebesar Rp20 juta. "Bagi yang belum mengajukan bedah rumah, bantuannya dikucurkan Rp50 juta. Bagi yang sudah dapat, silakan ajukan lagi, nanti dibantu sisanya yakni Rp20 juta, karena dia kan sebelumnya sudah dapat bantuan bedah rumah senilai Rp30 juta," papar Koster.
Dua program unggulan itu, baik program pembangunan rumah layak huni untuk warga miskin maupun program bedah rumah nantinya akan dikelola oleh desa. "Jadi, swa-kelola dia. Tidak ada lagi pakai tender dan kontraktor, langsung swa-kelola, gotong royong. Kalau pakai kontraktor pasti dia cari untung minimal 10 persen. Nanti bantuannya langsung ke desa agar terarah. Warga yang mau bantu silakan bantu. Misal ada yang punya batu mau nyumbang, boleh, punya batako sedikit, boleh, pasir sedikit, silakan. Yang penting swa-kelola, gotong royong," tegas Koster. (*)
Komentar