Dialog dengan Peternak Sapi, Koster Teringat Masa Kecil
Calgub dan Cawagub Bali, Koster-Tjok Ace saat berdialog dengan peternak sapi di Karangasem. Senin (20/2). Foto : Ist
KARANGASEM - Ada yang lain kala calon Gubernur Bali nomor urut 1, Wayan Koster berdialog dengan peternak sapi di Desa Menanga, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem. Puluhan petani yang tergabung dalam program Sistem Pertanian Terintegrasi (Simantri) 692 Kelompok Jati Luwih besutan Gubernur Made Mangku Pastika itu petani cukup bersyukur dibantu permodalan dan teknologi. Hanya saja, mereka mengeluh lantaran bibit betina membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mendapatkan keuntungan.
Induk betina membutuhkan waktu 1,5 tahun untuk melahirkan anak dan dua tahun untuk dijual. Jika memukinkan, mereka ingin sapi yang diberikan untuk program Simantri adalah sapi jantan. Mendengar keluhan mereka, Koster mengaku sudah memahaminya.
Ia teringat masa kecilnya di Desa Sembiran, Kabupaten Buleleng. Semasa duduk di Sekolah Dasar (SD) Koster merupakan pengangon sapi di desanya. Ia tahu betul jika induk betina membutuhkan waktu yang cukup lama untuk dapat dijual. "Saya waktu kecil pengangon sapi, waktu SD. Memang lama memelihara sapi. Saya merasakan, lama sekali," kata Koster, Senin (20/2).
Ia berjanji akan melanjutkam program Simantri yang dicetuskan oleh Gubernur Made Mangku Pastika. Kepadanya Mangku Pastika menitipkan agar program tersebut tetap dilanjutkan jika terpilih menjadi Gubernur Bali pada 27 Juni mendatang. "Saya akan lanjutkan program ini. Makanya saya datang ke sini untuk melihat dan menanyakan langsung, di mana kurangnya program ini agar kita perbaiki ke depan," ujarnya.
Pada kesempatan itu Koster meminta komitmen mereka agar secara serius mengelola Simantri yang nantinya akan dilanjutkan di peride kepemimpinannya. Sebabnya, Koster mendapat cerita jika ada beberapa kelompok yang menjual sapi mereka setelah diberi bantuan oleh Pemprov Bali.
"Sebab ini kan hibah. Artinya begitu disalurkan tanggung jawab pemerintah sudah putus. Nah, ini kan pengikatnya kelompok itu sendiri. Maka harus ada komitmen dari kelompok untuk mengelola dengan baik. Kami akan pikirkan solusinya mengenai bibit pejantan dan penggemukan seperti diharapkan olrh bapak-bapak sekalian," ucap Koster. (Tim/Cia)
Komentar