Indonesia Bersiap Menjadi Pemasok LNG Dunia
Foto : Ist
DENPASAR - Indonesia telah memainkan perannya di pasar LNG sejak tahun 1977 dengan menjadi salah satu eksportir LNG terbesar di dunia. Seiring dengan penurunan produksi gas dan kebijakan Pemerintah untuk memprioritaskan pengunaan gas ke pasar domestik dalam rangka meningkatkan nilai tambah dan mendukung peningkatan daya saing industri dalam negeri, maka kontribusi Indonesia di pasar LNG dunia terus mengalami penurunan.
Berdasarkan rencana umum energi nasional (RUEN), produksi gas di Indonesia akan terus menurun karena decline rate secara alamiah sebesar 20% per tahun.
Sepanjang 2015-2019 SKK Migas mampu mempertahankan produksi migas diatas target RUEN melalui optimalization work program dengan berbagai cara untuk mencapai operational excellence melalui antara lain : Filling The Gap (FTG), Production Enchancement Technology (PET), Management Work Through (MWT), Optimisasi Planned Shutdown dan lainnya maka produksi gas dapat dipertahankan di level yang tinggi pada tahun 2019 mencapai 7.254 MMSCFD dengan lifting sebesar 5.923 MMSCFD.
Giant discovery gas di Saka kemang di tahun 2019 serta selesainya revisi POD pengembangan blok Masela di bulan Juli 2019 semakin menambah optimisme akan masa depan industri hulu migas Indonesia dengan gas yang menjadi dominan dibandingkan minyak.
Pada Visi bersama hulu migas 2030 dengan target 1 juta BOPD, produksi gas diperkirakan akan mencapai 12.300 MMSCFD sehingga kekhawatiran adanya defisit gas pada tahun-tahun mendatang sebagaimana diprediksikan dalam RUEN tidak akan terjadi.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto saat menjadi keynote speech pada acara Indopacific LNG Summit Bali 2020 menyampaikan bawa dengan selesainya proyek kilang Masela dan proyek utama hulu migas serta penemuan lapangan migas baru lainnya akan menjadikan Indonesia kembali menjadi salah satu produsen gas utama dunia dan mendukung Pemerintah untuk meningkatkan daya saing indsutri dalam negeri dengan ketersediaan pasokan gas.
“Ini akan menjadikan Indonesia berpeluang untuk kembali menjadi pemasok utama LNG dunia,” ujar Dwi.
SKK Migas saat ini telah memiliki 4 (empat) strategi untuk meningkatkan produksi migas nasional, yaitu : mempertahankan tingkat produksi existing yang tinggi, transformasi sumberdaya ke produksi, mempercepat chemical EOR dan eksplorasi untuk penemuan besar. SKK Migas telah mengidentifikasi 12 area yang berpotensi memiliki kandungan migas dalam jumlah yang besar dengan rincian 6 area di Indonesia bagian barat, 4 area di Indonesia bagian timur dan 2 area di laut dalam.
Dari total produksi gas tahun 2019 sebesar 6.140 BBTU, penyaluran dalam bentuk LNG secara keseluruhan mencapai 2.025 BBTU dengan alokasi untuk domestik sebesar 508 BBTU dan LNG ekspor sebesar 1.417 BBTU.
Saat ini kapasitas kilang LNG di Indonesia sebesar 16 MTPA yang berasal dari LNG Tangguh 7,6 MTPA dan LNG Bontang 8,6 MTPA. Kapasitas kilang LNG akan bertambah sebear 13,3 MTPA jika proyek train 3 Tangguh dengan kapasitas 3,8 MTPA dan Abadi LNG (Masela Project) sebesar 9,5 MTPA selesai dibangun. Pasar ekspor utama LNG ke China, Jepang, Korea Selatan, Thailand dan Taiwan yang dipasok dari kilang LNG Badak dan LNG Tangguh.
Penyelesaian proyek utama hulu migas dan mega proyek Abadi Masela dimasa mendatang Indonesia akan kembali menjadi salah satu produsen utama LNG dunia yang dapat semakin meningkatkan kontribusi hulu migas pada peningkatan pasokan untuk industri nasional maupun memasok kebutuhan LNG dunia sehingga akan semakin meningkatkan devisa negara. (*/Cia)
Komentar