Bupati Eka Intruksikan Kawal Ketat Peredaran Babi
Bupati Tabanan, Ni Putu Eka Wiryastuti mempimpin rapat mengantisipasi wabah penyebab kematian babi di tengah masyarakat dengan sejumlah pihak terkait di di Rumah Jabatan (RJ) Bupati. Kamis kemarin. (ist/hms)
TABANAN – Bupati Tabanan, Ni Putu Eka Wiryastuti menginstrksikan dinas terkait agar mengawal dengan ketat peredaran babi di Tabanan. Hal itu dilakukan guna menghindari kepankan masyarakat terlebih lagi menjelang perayaan Hari Raya Galungan dan Kuningan.
Hal itu ditegaskan Eka mempimpin rapat mengantisipasi wabah penyebab kematian babi di tengah masyarakat dengan sejumlah pihak terkait di di Rumah Jabatan (RJ) Bupati. Kamis kemarin.
Bupati asal Angseri, Baturiti ini juga mewanti-wanti isu kabar yang beredar di media sosial tenang bahaya virus sehingga kepanikan tidak semakin meluas di masyarakat Tabanan khususnya.
“Dan ada juga pihak-pihak tertentu yang bermain, mengambil kesempatan dari kepanikan ini. Kondisi ini yang harus dijaga dan bukan berarti harus kita biarkan, justru harus kita sikapi bagaimana dalam posisi ini masyarakat tidak panik apalagi ini menjelang hari raya,” tegasnya.
Untuk itu, Ia memerintahkan Dinas terkait dan unsur lainnya yang hadir saat itu agar mengawal dengan ketat peredaran babi di Tabanan. Dismping itu Eka meminta agar ada kesepakatan harga babi di Tabanan. Serta himbauan kepada masyarakat agar tidak membuang bangkai babi sembarangan, sehingga tidak menimbulkan penyakit-penyakit yang baru.
“Dengan adanya kejadian ini, harus betul-betul dicari tahu penyebabnya itu apa. Dalam artian, Tabanan ini harus disterilkan sekali. Pengawasan kita harus ketat, sehingga tidak merugikan kita dalam jangka panjang nanti. Jadi harus dipantau, jangan sampai kita kecolongan,” pinta Bupati Eka.
Sebelumnya,Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan I Made Budana, mengatakan kondisi babi di Tabanan bekisar di harga sekitar Rp. 10 ribu per kilogram. Hal ini menimbulkan kecemasan dan ketakutan di kalangan peternak babi.
Terkait virus babi ini, Ia menegaskan bahwa virus ini hanya pada babi saja dan tidak menular pada manusia, sehingga babi aman untuk dikonsumsi.
“Sesuai informasi dan kajian yang disampaikan oleh Bapak Dirjen Pusat Pertanian dan Ketahanan Pangan Bali yang juga melakukan demo makan babi. Dan juga di Tabanan juga dilakukan hal serupa seperti di Kerambitan dan Marga, yang melakukan kegiatan makan daging babi. Dalam artian virus babi ini tidak menular bagi manusia,” ungkapnya.
Dalam kesempatan tersebut Ia juga mmenyinggung bahwa, dalam kegiatan di Kerambitan dan di Marga juga mengeluarkan deklarasi kesepakatan harga. Dengan tujuan agar para peternak babi dan masyarakat, khususnya masyarakat Tabanan tidak cemas dan takut lagi akan keberadaan virus ini. “Kisaran harga yang tercapai saat itu, Rp. 25 ribu sampai Rp. 28 ribu per kilogram untuk babi yang masih hidup,” imbuhnya.
I Ketut Hari Suyasa, selaku Ketua GUPBI Bali mengungkapkan apresiasinya atas terselenggaranya acara ini. Ia juga menegaskan bahwa virus ini tidak menular ke manusia. Dan hal itu sudah didasari oleh kajian-kajian yang telah dilakukannya selama ini. Ia menambahkan, selama babi ini tidak dijual dalam keadaan sakit atau dicampur dengan babi yang sehat, maka virus babi ini tidak menular.
“Intinya penyakit ini, kalau dalam keadaan sakit pun jika dagingnya dimakan aman sekali. Kalau bapak-bapak ragu, ada dua pilihan setelah makan babi, yaitu minum yogurt dan minum arak. Jadi secara otomatis gampang dibunuh. Jadi penyakit ini sangat gampang dibunuh dan juga sangat cepat menyebar,” imbuh Hari Suyasa. (*Cia).
Komentar