Media Berita Online Bali Terkini, Kabar Terbaru Bali - Beritabali.com

Karya Agung Pangurip Bumi, Dirga: Acara Luar Biasa Untuk Keharmonisan Alam Bali

Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti, Wabup Komang Gde Sanjaya dan Ketua DPRD I Made Dirga saat melakukan persembahangan bersama di Pura Luhur Batukau. Rabu (29/1). (Ist)

TABANAN – Rangkaian Karya Agung Pangurip Bumi telah mulai digelar dengan prosesi Melasti. Ribuan warga dengan khidmat ikut serta serta dalam prosesi sakral yang dilakukan dari Pura Luhur Batukau, Wangaya Gede, Penebel, Tabanan sejak Rabu (29/1) pagi.

Tak terkecuali, Ketua DPRD Tabanan, I Made Dirga  nampak turut hadir ‘nyaksi’ dalam prosesi Melasti bersama sejumlah pejabat lainnya. Selain Dirga,  nampak hadir Bupati Tabanan, Ni Putu Eka Wirastuti dan Wabup Komang  Gde Sanjaya berikut jajaran OPD di lingkungan Pemkab Tabanan.  

“Acara yang luar biasa, semoga keseimbangan buana agung dan buana alit tercapai,” ujar Dirga disela-sela prosesi Melasti kemarin.

Selepas melakukan doa bersama, Politikus senior PDI Perjuangan Tabanan ini sekaligus menyatakan harapannya agar masyarakat Bali dan Tabanan khususnya diberikan kehidupan yang lebih baik dan selalu dalam lindungan Sang Hyang Widi Wasa.   

Menurut Ketua DPRD Tabanan ini, Karya Pangurip Bumi merupakan prosesi dengan tujuan menyucikan kembali isi jagat raya guna tercipta keharmonisan dengan menghilangkan leteh jagat (segala bentuk kotoran).

Maka dari itu harapnya, masyarakat Bali harus paham dan tahu tentang makna dari upacara tersebut, kemudian dilaksanakan dengan sepenuh hati.

“Astungkara kita masyarakat Bali akan mendapatkan kehidupan yg lebih baik,” tambah pria asal Banjar Sakah, Sudimara, Tabanan ini. 

Meski demikian, tegasnya, kita (warga Bali, red) harus tetap menjaga alam itu sendiri agar tercapai keseimbangan sehingga alam Bali beserta isinya terlindungi dari marabahaya.

Prosesi Melasti kemarin diawali dengan persembahyangan Pekeling Metetangi Ngelantur Nedunan Ida Betara yang berstana di Pura Luhur Batukau jagi pacing Melasti ke Segara, setelah itu dilanjutkan Pemelastian yang menempuh jarak kurang lebih 90 KM, melintasi 18 Desa Adat yang akan dilalui dengan berjalan kaki menuju segara Tanah Lot, Tabanan.

Prosesi Melasti ini direncanakan akan menempuh waktu hingga empat hari tiga malam dimulai dengan berjalan kaki dari Pura Luhur Batukau sampai dengan tanggal 1 Februari 2020. Iring-iringan melasti dari Pura Luhur Batukau kemudian singgal di sejumlah di beberapa tempat yang telah ditentukan dan seterusnya menuju Tanah Lot Beraban, Kediri, Tabanan.

Dari Tanah Lot tepatnya Jumat (31/01), perjalanan kembali dilanjutkan menuju ke Pura Batukau. Dari pura Puseh Tabanan, iring-iringan Melasti kembali berjalan menuju Jalan Gunung Agung ke Utara melalui Pasekan, Tuakilang, Buruan, Penatahan dan singgah di Pura Bale Agung.

Perjalanan akan kembali dilanjutkan ke Desa Tengkudak dan kemudian bermalam (Mererepan) di Pura Bale Agung. Keesokan harinya yakni Sabtu (01/02) sekitar pukul 06.00 WITA, Ida Bethara kembali ‘munggah’ ke Pura Luhur Batukau melewati Wongaya Gede. (*/Cia)

Komentar