Bali Segera Miliki Perangkat Deteksi Gempa dan Tsunami Setara Ibu Kota
Gubernur Bali, Wayan Koster saat menerima penjelasan jajaran BMKG pusat di rumah jabatan Jaya Sabha Denpasar, Sabtu (16/11) siang. (ist)
DENPASAR – Provinsi Bali segera memiliki seperangkat alat deteksi gempa dan tsunami setera ibu kota Jakarta. Hal itu dilakukan demi keamanan dan kenyamanan masyarakat Bali sekaligus wisatawan yang sedang berlibur di pulau dewata.
Rencana tersebut telah didukung sepenuhnya oleh Gubernur Bali, Wayan Koster sekaligus menyatakan dukungannya kepada Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) guna menjadikan Bali sebagai wilayah dengan sistem pendeteksi gempa dan tsunami yang setara dengan yang dimiliki Ibu Kota Jakarta.
"Tentu saya dukung penuh rencana itu, dan kami berterima kasih sekali dengan upaya tersebut," ujar Gubernur Koster saat menerima jajaran BMKG pusat di rumah jabatan Jaya Sabha Denpasar, Sabtu (16/11) siang.
Gubernur Koster menyebutkan, bangunan seperti hotel dan fasilitas lainnya di Bali akan dibangun dengan standarisasi tahan gempa serta memiliki akses yang memadai jika suatu waktu terjadi bencana.
"Kalau perlu jadi prasyarat pemberian IMB (ijin mendirikan bangunan,red) kita di Bali. Di samping juga, kita lebih intensifkan sosialisasi kebencanaan kepada masyarakat," kata Gubernur yang juga Ketua PDI Perjuangan Provinsi Bali.
Sementara itu, Ketua BMKG Prof Dwikorita Karnawati menjelaskan, pihaknya akan melakukan pemasangan alat sensor gempa dan tsunami baru di beberapa titik di Kabupaten Bangli, Karangasem, Buleleng serta Pulau Nusa Penida pada medio Desember mendatang.
"Tujuannya untuk lebih merapatkan jaringan dan sistem, sehingga peringatan dini akan lebih cepat terdeteksi. Kalau sekarang jedanya 5 menit, nanti bisa sampai 3 menit setelah terjadi gempa sudah ada peringatan," ujar mantan Rektor UGM itu.
Alat-alat baru tersebut juga untuk memperkuat penerimaan sinyal terhadap deteksi gempa. "Sekarang yang baru terpasang alat sensor untuk gempa kekuatan besar, nantinya akan diperkuat dengan sensor untuk gempa berkekuatan rendah, sehingga getaran kecil sekalipun akan terdeteksi," ucapnya dengan menambahkan, selain itu juga akan dilengkapi super komputer untuk mencegah perangkat 'hang' saat menerima data.
Peningkatan perangkat dan sumber daya manusia di Bali, menurut Prof Dwikorita akan menjadikan Bali sebagai kawasan yang setara dengan Jakarta dari segi infrastruktur pendeteksi gempa dan tsunami. "Bahkan, Bali kita plot sebagai back up. Bilamana ibu kota mengalami kelumpuhan akibat bencana, maka Bali dengan infrastruktur yang sama akan menjadi pusat informasi kebencanaan Indonesia," kata Prof Dwikorita, menjelaskan.
Tampak hadir dalam pertemuan tersebut, Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Provinsi Bali I Made Rentin serta Kepala Balai Besar BMKG Wilayah III Moh Taufik Gunawan. (*/Cia)
Komentar