Gubernur Koster Harap Tidak Ada Stigma dan Diskriminasi Penyandang ODHA
Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati (Cok Ace) dan Nyonya Putri Koster pada acara Malam Perenungan AIDS Nusantara (MRAN) Provinsi Bali, di Wantilan DPRD Provinsi Bali, Jumat (24/5) malam. Foto : Ist
DENPASAR -Gubernur Bali Wayan Koster meminta di kalangan warga masyarakat tidak muncul stigma dan diskriminasi terhadap Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) berikut keluarganya. Justru sebaliknya, sikap empati pada ODHA harus ditunjukkan secara tulus, sehingga mereka dapat lebih kooperatif dalam bermasyarakat.
Implikasi dari sikap positif ini akan dapat memutus rantai penularan dan ODHA beserta keluarganya dapat menjalani kehidupan normal di tengah masyarakat. Demikian disampaikan Gubernur Bali dalam sambutan tertulis dibacakan Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati (Cok Ace) pada acara Malam Perenungan AIDS Nusantara (MRAN) Provinsi Bali, di Wantilan DPRD Provinsi Bali, Jumat (24/5) malam menyebutkan, implikasi dari sikap positif warga masyarakat akan dapat memutus mata rantai penularan, sekaligus dapat membuat ODHA beserta keluarganya untuk mampu menjalani kehidupan normal di tengah masyarakat.
Lebih jauh Gubernur Koster menyampaikan bahwasannya berbagai upaya penanggulangan HIV/AIDS secara masif terus dilakukan oleh pemerintah dengan menggandeng stake holder terkait. Saat ini pusat-pusat layanan testing HIV sudah dioperasikan di seluruh rumah sakit pemerintah dan puskesmas di Bali secara gratis, serta dilayani oleh tenaga medis, perawat maupun dokter terlatih di bidang HIV/AIDS.
Demikian pula halnya terapi HIV dengan obat anti-retroviral (ARV), sudah disiapkan sebagai tindak lanjut pascates yang dilakukan. "ARV ini jangan dijadikan excuse untuk melakukan seks bebas. ARV tidak membunuh virus, tapi hanya menekan populasi, sehingga virus masih berpotensi menular pada orang lain," ucapnya.
Gubernur Koster juga mengingatkan bahwa tantangan ke depan sesungguhnya tentang bagaimana upaya melindungi generasi muda dari ancaman HIV/AIDS, mengingat 80% HIV menginfeksi usia produktif. "Yang terpenting adalah jauhi faktor resikonya seperti seks bebas, penggunaan narkoba, bukan malah menjauhi penderitanya," kata Gubernur yang juga Ketua DPD PDI Perjuangan Bali itu.
Gubernur menekankan, berikan perlakuan yang sama kepada para ODHA dan jangan mendiskriminasikan mereka di masyarakat. "Mereka berhak atas perlakuan yang sama di tengah masyarakat, tanpa diskriminasi. Saya optimis kita akan bisa menyetop epidemi HIV/AIDS jika kita konsisten melaksanakan komitmen dan tepati janji 'STOP AIDS'," ujar Gubernur Koster menandaskan.
Hal senada juga ditegaskan Ketua TP PKK Provinsi Bali Ny Putri Suastini Koster bahwasannya faktor resiko penularan virus HIV/AIDS yang harus dihindari oleh masyarakat, bukan menghindari pergaulan dengan para ODHA, terlebih bagi keluarga mereja.
Untuk itu, Ny Putri Koster meminta agar stigma dan diskriminasi terhadap ODHA dihentikan, sebaliknya edukasi ke tengah masyarakat terkait faktor resiko penularan virus HIV/AIDS, harus semakin gencar dilakukan. Dengan demikian, lanjut seniman nasional tersebut, pada gilirannya akan terbangun kesadaran, baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat untuk berperilaku hidup sehat.
MRAN Provinsi Bali tahun 2019 mengangkat tema "Mengintensifkan Upaya Mendapatkan Hak Asasi dan Hak Kesehatan Bagi Pengidap AIDS". Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan dukungan moral spiritual bagi ODHA agar tetap bersemangat dalam menjalani kehidupan dengan tidak menularkan penyakit pada orang lain, serta mampu menjadi garda terdepan dalam penanggulangan AIDS di Bali.
Dalam kegiatan yang turut dihadiri oleh Kepala OPD di lingkungan Pemprov Bali, perwakilan elemen masyarakat, LSM, ODHA serta aktivis AIDS juga diisi dengan penyalaan lilin secara serentak serta pembacaan puisi oleh Ny Putri Koster dengan judul Sumpah Kumbakarna. (*/Cia)
Komentar