Jokowi Ingatkan Krama Bali Bahwa Pemilu Bukan Perang
Foto : Ist/Hms
DENPASAR - Presiden RI Joko Widodo didampingi Ibu Negara Iriana Joko Widodo bertatap muka dan beramah tamah dengan ribuan krama serta tokoh masyarakat Bali di Panggung Terbuka Ardha Candra Taman Budaya Provinsi Bali, Jumat (22/3) petang.
Hujan yang mengguyur seputaran Ardha Candra tak menyurutkan antusiasme Krama Bali yang ingin bertatap muka langsung dengan Presiden kebanggaan mereka.
Presiden Jokowi dalam pengarahannya antara lain mengingatkan agar Krama Bali tetap menjaga persatuan, persaudaraan dan kerukunan terkait pelaksanan Pemilu 17 April 2019 mendatang.
“Ingat, Pemilu itu bukan perang. Pemilu merupakan pesta demokrasi untuk memilih pemimpin terbaik. Karena merupakan pesta, maka harus disambut dengan riang gembira. Jangan ada yang menebar ancaman atau menakut-nakuti,” urainya.
Ia ingin seluruh komponen masyarakat menyambut Pemilu dengan cara beradab, beretika, berbudaya dan bertata krama. “Jangan menyebar hoax, fitnah yang dapat memecah belah persatuan,” imbuhya.
Masih dalam konteks pemilihan umum, Jokowi tak menginginkan munculnya saling bermusuhan antar warga hanya karena perbedaan pilihan. “Jangan hanya karena beda pilihan, jadi tidak rukum, jadi tidak bersatu. Saya tak ingin antar tetangga tak saling sapa karena beda pilihan,” cetusnya. Namun ia yakin, dengan semangatmenyama braya, Krama Bali tetap bisa menjaga rasa persatuan dan persaudaraan hingga hari pencoblosan 17 April mendatang.
Pada bagian lain, Jokowi yang didampingi sejumlah Menteri Kabinet Kerja juga mengutarakan rasa bahagianya karena bisa hadir di tengah-tengah tokoh masyarakat seperti sulinggih, pemangku, bendesa adat, perbekel, pekaseh dan sekaa teruna. Menurutnya mereka adalah penjaga terdepan dan pembela terkuat adat serta budaya Bali.
“Mereka tak pernah lelah untuk menjaga NKRI dan Pancasila,” tandasnya sembari mengingatkan agar seluruh Krama Bali tetap menjaga persatuan, merawat persaudaraan dan kerukunan.
Dalam kesempatan itu, Presiden Jokowi juga memanggil dua peserta tatap muka naik ke atas panggung untuk berdialog tentang upaya pelestarian budaya. Bendesa Adat Selemadeg Barat Nyoman Geriyasa memanfaatkan kesempatan berdialog dengan Jokowi untuk menyampaikan harapan agar pemerintah lebih memberi perhatian kepada Desa Adat, khususnya alokasi anggaran.
Sementara itu, Gubernur Bali Wayan Koster menyampaikan terima kasih atas kesediaan Presiden Jokowi berkunjung dan bertatap muka dengan Krama Bali. Menurutnya, arahan dan wejangan Jokowi akan menjadi tuntunan bagi masyarakat Bali dalam melaksanakan pembangunan berlandaskan Tri Hita Karana yang didasari konsep Sad Kertih yaitu Atma Kertih, Danu Kertih, Wana Kertih, Segara Kertih, Jana Kertih dan Jagat Kertih.
Lebih jauh Koster mengurai, adat istiadat, tradisi dan budaya Bali merupakan modal utama pembangunan Daerah Bali dan juga merupakan asset bangsa. Selama ini, yang berperan penting dan berada di garda terdepan dalam memelihara dan melestarikan tradisi, adat istiadat dan budaya Bali adalah Desa Adat.
“Biaya untuk mendanai upaya pelestarian tersebut masih bersifat swadaya,” ucap Koster yang didampingi Ny. Putri Suastini Koster.
Mengingat makin dimanisnya tantangan ke depan, Koster mengharapkan kehadiran negara dalam upaya pelestarian adat dan budaya Bali. Untuk itu, Ia mohon kepada Presiden Jokowi agar mempertimbangkan pengalokasian dana APBN untuk Desa Adat di Bali.
Selain minta perhatian pemerintah terhadap keberadaan Desa Adat, pada kesempatan itu Koster juga mengutarakan berbagai upaya yang dilaksanakan Pemprov Bali dalam upaya pelestarian budaya. Satu diantaranya adalah rencana pembangunan Pusat Kebudayaan Bali lengkap dengan panggung terbuka, museum tematik dan sarana pendukung lain yang mendukung kemajuan pariwisata. (*/Cia)
Komentar