Nyapu Leger Masal, Pemungkas Karya Ngeroras dan Ngaben Masal di Sibetan
- 27 September 2018
- 08:01 WITA
- Sosial Budaya
- Bali
foto : Oke
KARANGASEM - Pemungkas karya Ngaben dan Ngeroras masal di pesemetonan Sire Arya Kenuruhan Bali kemarin di gelar Nyapu Leger masal. Menurut Ketua Panpel I Komang Kisid Nyapu Leger masal ini merupakan pemungkas karya tersebut. Nyapu leger dilakukan untuk anak anak atau orang dewasa yang lahir di uku Wayan.
Kisid mengakui kalau keponakanya juga ada yang ikut nyapu leger masal ini. “Keponakan saya juga ikut,” ujar Kisid yang juga adik kandung mantan Bupati Karangasem I Wayan Geredeg. “Ya ini juga untuk kebersamaan dengan pesemetonan,” ujarnya.
Untuk NYapu leger kali ini diikuti 114 orang. Diantaranya adalah Kadek Sudiantara 30 asal Yeh Kori. Dia mengaku baru bisa menggelar upacara ini karena tidak ada biaya. Kalau melaksanakan sendiri biaya cukup mahal sampai Rp 25 juta per orang. Ini karena harus menggelar Wayang dan juga mendatangkan Pandeta. Selaian itu bebenten yang dipergunakan juga besar dan lengkap. Sementara dengan bersama sama saat ini sudah pekat dari Ngaben dan ngeroras masal sebesar Rp 1,5 juta. khusus untuk Nyapu Leger kali ini ditambahkan sesari atau punia untuk Jro Dalang sebesar Rp 100 ribu masing masing.
“Kalau di rumah bisa habis Rp 25 juta,” ujarnya. karena itu dirinya mengaku bersyukur bisa ikut bersama sama masal seperti ini untuk menekan biaya. Saat metetah masal keluaraganya juga ada yang ikut empat orang. Begitu juga ketika Ngaben masal ikut juga tujuh Sawa.
Saat Nyapu Leger ini juga dilakukan pembacaan futru kala purana yang merupakan tatwa atau hakikat upacara ini.
Sementara keponakan I Wayan Geredeg yang ikut Nyalu Leger adalah I Kadek Bayu Darma Kusuma, yang merupakan anak I Wayan Darma adik I Wayan Geredeg.
Sementara itu menurut Mangku Jati, panpel bidang Upacara mengatakan Nyapu Leger ini merupakan pebayuhan oton untuk anak yang lagi di Uku Wayang. Ini dilakukan agar sang anak tidak diganggu Bhuta Kala atau Batara Kala.
Menurut Mangku Jati khusus untuk Nyapu Leger kali ini juga ada peserta dari pesemetonan lainya seperti Arya Gusti dan juga dari semeton Pasek. Menurut Mangku Jati sesuai Kala Purana Tatwa kalau anak yang lahir di tumpek Wayang itu salah wuton. Karena itu anak tersebut diganggu Batara Kala.
Untuk itu anak tersebut harus diruwat dengan upacara sapuh leger. Ini merupakan ruwetan khusus untuk anak yang lahir di uku wayang sesuai penanggalan Bali.
Mestinya nyapu leger ini dilakukan tepat saat hari lahir sang anak. Namun karena biaya besar bisa dilakukan bersama sama dengan mencari pas Sabtu atau Tumpek Wayang yang jatuh di hari Sabtunya.
Hanya saja enam bulan lagi sang anak harus kembali nunas tirta Ki Dalang untuk dilukat kembali dan enam bulan berikutnya. Ini dilakukan tepat saat hari lahirnya. Ini dilakukan sebanyak tiga kali barulah sempurna. “Untuk pertama kalinya dengan menggelar wayang bisa dilakukan saau uku wayang,” ujarnya.
Sementara itu nyapu leger kemarin dipuput Ki Dalang Ide Made Adi Putra atau Ide Made Ukir dari Geria Besang, Sibetan dan sang sulinggih Ide Pedanda Istri Anom dari Geria Kanginan, Sibetan.
Sementara dalam cerita wayang nyapu leger di ceritakan mengenai kelahiran Batara Kumara yang merupakan putra Dewa Siwa. Betara Kumara ini bersaudara dengan Batara Kala yang juga putra Dewa Siwa. Betara Kumara ini lahir saat Tumpak Wayang. Sementara sesuai perjanjian antara Batara Kala dengan Dewa Siwa kalau berhak nadah atau memasang anak manusia yang suka berkelahi, yang berjalan di siang hari bolong dan juga yang pergi tepat sandi kala. Satu lagi adalah yang lahir di uku Wayang.
Diketahii adiknya lair di uku wayang sehingga bisa memakan adiiknya. Untuk menyelematkan betara Kumara yang setiap hari di kejar. Lalu di perintahkan turun ke mercapada. Da diminta mencari perlindungan di dunia kepada Raja Kertanegara sesuai disebutkan dalam Kala Purana. Begitu sampai disana Betara Kumara langsung di lindungi oleh semua pasukanya. Terjadi perang antara betara Kala dan kerajaan Kertagenaga dan Raja kalah. Saat dikejar lagi ada orang nyolahang Wayang. Lalu minta perlindungan ki Dalang dan masuk ke bumbung Gender wayang. Karena marah Betara Kala lalu memakan dan menyantap semua bebenten yang ada di Wayang tersebut. Betara kala berhasil selamat karena Betara Kala sudah memakan banten. Dalang minta agar dikembalikan kesudian bantan. Tapi Betara Kala tidak mampu. Karena sudah mendapat labaan dari Bebenten tersebut maka Betara Kumara terbebas dari kejaran Betara Kala.
Kesimpulanya untuk menyelamatkan anak dari gangguan betara kala harus diruwat dengan wayang Sapu Leger. Bantenya sebagai tadah kala. Banten juga ada susang sumber, tadah kala dan sapu leger serta daksina sarwa empat. Ini yang jadi penebusan.
Untuk pertama kali wajib gunakan Wayang. Sementara itu Komang Kisid, paket upacara di sini dari Ngaben, ntaka tiis. Nyapu Leger ini bagian dari natak tiis. Baru dilakukan karena uku baru tiba saat ini. Karena harus nyari uku wayang. Akhirnya diambil di hari terakhir. Banyak peserta dari luar Pesemetonan. Karena sudah bakti masing masing. Panpel hanya siapkan bakti yang katur ke Betara Surya dan bakti gede. Sementara bakti perorangan oleh yang bersangkutan. Banyak peminat kita buka klen yang lainya. (Oke)
Komentar