Jalan Tiga kilo, Prosesi Mendak Sekar Catur Berlangsung Khidmat
- 17 Agustus 2018
- 08:15 WITA
- Sosial Budaya
- Bali
foto : Oke
KARANGASEM - Puncak Upacara Ngeroras masal di Desa adat Geriana Kangin semakin dekat. Sejak kemarin, warga sudah melakukan prosesi Mendak Sekar Catur. Meski berjalan tiga kilo meter, namun prosesi berlangsung khidmat hingga usai. Ini dilakukan dari Balai Banjar Geriana Kangin ke Geria Laya Ombo, Dusun Pegubungan, Selat. Puncak Ngeroras Masal sendiri akan digelar hari ini, Jumat (17/8) di desa setempat.
Dalam Ngeroras massal kali ini ada 59 puspa yang ikut. Sebelum ngeroras juga sempat digelar upacara Ngaben masal yang diikuti 43 sawa. Kemarin juga digelar upacara Meotonan masal dan Metatah masal.
Metatah masal dilakukan pukul 06.00 wita dengan empat orang sangging, diantaranya, IB Gede Yadnya, IB Suyasa keduanya dari geria Duda, IB Darma Wibawa Putra dari geria Taman, Pegubungan dan Jro Mangku Mudayasa dari Geriana Kangin.
Prosesi meotonan dan metatah dilakukan bersamaan dengan ngeroras. Agar biaya yang dikeluarkan lebih irit karena persiapan sarana upacara bisa dibuat sekalian. Selaian itu juga memiliki nilai sebagai penghormatan kepada leluhur dari pertisentana. Sehingga sang cucu atau keturunan bisa bersama sama mebersih dengan sang pitara.
Istilah ini disebut dengan natak tiis. Untuk biaya ngeroras diperkirakan akan menghabiskan Rp 200 juta. sementara ngaben masal sebelumnya menelan dana Rp 178 juta. biaya yang dikenakan untuk ngeroras Rp 4 juta per puspa, sementara ngaben dikenakan Rp 2 juta. sedangkan metatah dikenakan Rp 200 ribu dan meotonan Rp 150 ribu per orang. Metatah masal ada 34 orang dan meotonan sebanyak 40 orang. Sementara mendak sekar catur baru dilakukan pukul 13.00 wita.
Menurut Ketua Panpel Nyoman Merta ini dilakukan karena di khawatirkan ada gempa sebab Gunung Agung dalam kondisi level III. Karena penyucian sendiri sangat sacral termasuk tidak bolah kena gampa. Karena itu pembuatan jajanan Catur dilakukan di Geria.
“Semuanya dibuat di Geria agar lebih efesiansi waktu serta biaya,” ujar Nyoman Merta disela-sela acara kemarin.
Selaian itu juga untuk jaga jaga karena kerap terjadi gempa bumi dan juga gunung agung masih level III. Saat mendak sekar catur kerama istri nampak mengusung sarana upacara tersebut dengan berjalan kaki. Juga melewati jembatan darurat di depan Geria.
Jembatan ini awalnya hanyut saat Gunung Agung mengeluarkan lahar hujan lalu. Tiba di Catus Pata langsung dilakukan upacara nyakup. Dimana Tirta atau air suci yang diambil dari berbagai pura di Bali dipertemukan kemudian di upacari bersama dengan sekar Catur. Tirta tersebut diantaranya berasal dari Besakih, Goa Lawah, Lempuyang dan Gelgel.
Awalnya tirta tersebut di semayamkan selama dua hari di Pura Penyimpenan Geriana Kangin. Kemudian Tirta dan sekar Catur kemudian dinaikan ke Catur yang di pinpin Ide Tapini, Jro Kawan dari Geria Laya Ombo. Selaian itu, sebelumnya juga sempat dilakukan prosesi Nunas dann Bingin yang juga dipergunakan untuk sarana upacara. Ini dilakukan di Desa Pakraman Karangsari sekitar 1 km dari Geriana Kangin.
Pengambilan daun bingin ini cukup sacral. Karena daun tersebut tidak bolah jatuh ke tanah. Sehingga harus di tunggu dengan menggunakan kain putih di bawah pohon. Kemudian daun tersebut di usung menggunakan kain putih dengan berjalan kaki ke lokasi upacara. (Oke/Cia)
Komentar