Quarterly Progress Review Meeting Evaluasi Perkembangan RIF
Foto : Ist/Hms
TABANAN - Guna pemantauan dan evaluasi kegiatan-kegiatan yang didukung melalui skema bantuan teknis RIF/Responsive Innovation Found 1, Pemerintah Kabupaten Tabanan melalui Bapelitbang Kabupaten Tabanan , Rabu(24/07) menggelar pertemuan tinjauan perkembangan tri wulan pertama atau 1st quarterly Progress Review Meeting bertempat di Four Points by Sheraton, Seminyak.
Quarterly Progress review Meeting itu mendiskusikan strategi pengembangan Ekonomi berbasis komoditas Unggulan Kawasan Pedesaan dan identifikasi dukungan terhadap kebutuhan dan inisiatif dari 6 daerah kabupaten Quarterly Progress review Meeting akan berlangsung selama 2 hari dengan melakukan kunjungan lapangan di Desa Munduk Temu, Pupuan.
Hadir dalam talkshow itu Ketua DPRD Kabupaten Tabanan I Ketut Suryadi, Asisten II Setda Kabupaten Tabanan I Wayan Miarsana, Kepala Bapelitbang Kabupaten Tabanan Ida Bagus Wiratmaja, Perwakilan Duta Besar Canada Peter Mcarthur, Jeffrey Ong ( Senior Development Officer Development Cooperation,GAC), Rino A Sa`danoer ( Direktur Proyek NSLIC/NSELRED), para direktur/deputi kementerian terkait dan perwakilan dari 6 daerah pilot RIF.
Sedangkan dalam pertemuan sebelumnya, Selasa (24/7) di Hotel Four Points by Sheraton Seminyak Badung digelar Talk Show ini yang menghadirkan 6 Kabupaten yang merupakan Proyek Inovasi 6 daerah pilot RIF tahap Pertama.
Bupati Tabanan dalam sambutannya yang dibacakan Asisten II Setda Kabupaten Tabanan I Wayan Miarsana sekaligus membuka acara mengatakan pertemuan itu merupakan tinjauan perkembangan triwulan pertama atau First Quarterly Program Review Meeting dan Acara Talk Show Strategi Perkembangan Ekonomi Berbasis Komoditas Unggulan.
"Saya atas nama Pemerintah dan rakyat Tabanan menyampaikan apresiasi dan ucapan terima kasih kepada pihak donator atas dipilihnya Tabanan untuk pertama kalinya dalam First Quarterly Progress Review Meeting,”ucapnya.
Miarsana juga menjelaskan, melalui Visi Tabanan Serasi ditetapkan strategi dalam misi ketiga RPJMD / yaitu Menggerakan Ekonomi Kerakyatan Melalui Pemberdayaan masyarakat Berbasis Pertanian dan Pariwisata.
“Misi ini sangat relevan dengan konsep yang dilaksanakan dalam proyek Responsive Innovation Fund (RIF). Dengan lokasi pengembangannya, diarahkan ke Wilayah Barat Kabupaten Tabanan yang terdiri dari lima desa yaitu Belimbing,Sanda,MundukTemu ,Wanagiri dan Lumbung Kauh dengan 5 komoditas unggulan berbasis kearifan local yaitu Nira,Kopi,Salak dan Kelapa. Tujuan proyek RIF adalah untuk mendukung pembangunan ekonomi local yang bekerlanjutan, responsive gender, ramah lingkungan dan beradaptasi dengan perubahan iklim.
Namun Pemkab Tabanan melalui Bapelitbang tahun ini telah cepat merespon pengembangannya dengan memasukkan unsur pariwisata sehingga lima desa tersebut dibranding dengan kawasan NIKOSAKE," ungkapnya.
Dan sampai saat ini telah ditetapkan dengan Perbup No 24 tahun 2018 tentang pengembangan agribisnis terintegrasi berbasis kearifan local dan pariwisata di kawasan Nikosake. Sementara Perwakilan Duta Besar Kanada untuk Indonesia H.E MacArthur Peter memberikan apresiasi dan rasa bangganya atas kerjasama yang dilakukan Pemerintah Kanada dengan Pemerintah Indonesia. Dan berharap proyek itu dapat berkelanjutan. Dikatakan RIF merupakan komponen penting dalam proyek tersebut, dan dengan talkshow ini bisa mendapatkan masukan-masukan dari 6 pilot proyek tersebut.
"Saya sangat senang mendengar masukan yang di dapatkan dari 6 pilot proyek ini, dan RIF ini merupakan komponen penting di proyek ini,”ujarnya.
Sedangkan Ketua DPRD Kabupaten Tabanan I Ketut Suryadi sangat antusias mengatakan program ini menciptakan peluang alternative activity tourism yang masuk kawasan nikosake, dengan menyuguhkan aktivitas pertanian sebagai daya tarik wisata baru.
“Program ini dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat. Untuk kebutuhan hidupnya bisa dengan kehidupan petani yang dilakukan selama ini,”ucapnya.
Ditambahkan hasil pertanian mereka, sekarang sudah bisa dijual melalui BUMDA. Sudah ada BUMDA yang menampung hasil pertanian, dan bahkan sudah dibuat packejing.
“Hal ini agar lebih menarik, sehingga menambah daya tarik pembeli,”jelasnya.
Saat kunjungan lapangan para peserta melakukan treaking dan menanam pohon salak di area perkebunan warga. 49 orang peserta, termasuk Wilson Pearce (Vice President Local Economic Development), Boris Jacouty ( Senior Director and Renewable Energy Practice Lead) dan Rino A Sa`danoer ( Direktur Proyek NSLIC/NSELRED) juga di suguhkan produk olahan berupa jus salak madu dan kopi leak yang merupakan salah satu ikon desa Munduktemu.(Hms/Cia)
Komentar