Banjar Yeh Gangga Gagas Konservasi Penyu Kembangkan Pariwisata
Foto : Ist/Arga
TABANAN – Kesadaran untuk mengembangkan potensi wisata pantai mendorong masyarakat Banjar Yeh Gangga, Desa Sudimara, Tabanan berupaya melakukan konservasi penyu secara gotong royong. Meski baru memulai, namun konservasi penyu tersebut saat ini telah berhasil dan menjadi salah satu daya tarik wisata di Tabanan.
Konservasi penyu ini didirikan sejak 2014 lalu. Mulanya kegiatan ini dilakukan secara sepontan, berawal dari keinginan anak anak penggemar olah raga surfing atau Gangga Surf Community di pantai berpasir hitam tersebut.
Berawal dari penemuan puluhan telur penyu di sepanjang Pantai Yeh Gangga, komunitas ini akhirnya memutuskan untuk membuat konservasi demi keselamatan keberlangsungan habitat penyu yang saat ini hampir punah.
Kawasan Pantai Yeh Gangga sejak dahulu memang dikenal dengan lokasi bertelur penyu, tak jarang, saat membersihkan sampah pantai, warga kerap menemukan penyu sedang bertelur atau menemukan telur penyu secara tidak sengaja.
“Kegiatan ini spontan, berawal dari keinginan anak-anak surfing, Gangga Surf Comumity untuk membersihkan pantai," ungkap Kelihan Dinas Banjar Yeh Gangga, Desa Sudimara, I Ketut Pindo disela-sela pelepasan tukik hasil penangkaran. Minggu (8/7) di Pantai Yeh Gangga.
Acara yang dirangkai dengan kegiatan membersihkan pantai tersebut, Ketut Pindo dan warga secara bersama-sama melepas 75 ekor tukik yang berhasil ditangkarkan sebelumnya. Saat ini, masih ada sekitar 300 penyu telah berhasil ditetaskan lewat upaya penangkaran dan kembali akan dilepaskan dalam kegiaan selanjutnya.
Selain guna mengembangkan potensi pantai Yeh Gangga, Kelian Pindo juga berharap apa yang digagas warga Yeh Ganga bisa menjadi daya tarik wisatawan karena tertarik dengan kegiatan konsevasi alam yang dilakukan.
Kesadaran warga terkait penyelamatan penyu juga ditandai penyerahan telur-telur penyu yang ditemukan kepada kelompok masyarakat pengawas (Pokmaswas) konservasi penyu. Tentunya bagi warga yang menemukan akan diberikan penghargaan sekaligus upaya motivasi warga ikut bersama-sama melakukan upaya konservasi.
"Sebagai bentuk penghargaan, jika ada uang saya kasi, namun jika tidak akan kami tunda. Pemberian uang sebagai bentuk penghargaan kepada masyarakat. Nominalnya tidak tetap," terangnya.
Pindo berencana akan mengenalkan tukik dan konservasi penyu ke sekolah-sekolah. Hal ini agar anak-anak memahami dan pada masa depan ikut menjaga kelestarian penyu yang kini semakin langka, namun semakin banyak diburu.
Untuk musim bertelur, di pantai Yeh Gangga sering dijumpai penyu bertelur mulai bulan April. Setiap sarang telur bisa didapati telur mulai 40 hingga 100 butir telur. Pindo menyebut, menurut penelitian dari 100 ekor tukik yang kembali ke laut hanya satu ekor yang bisa bertahan hidup sampai dewasa.
"Itu pada kondisi alami, karena sejak telur, penyu sudah menghadapi predator. Makanya dengan konservasi kami berharap dapat meningkatkan populasi penyu," terangnya. (Arg/Cia)
Komentar