Diikuti Ratusan Sawa, Arya Kanuruhan Karangasem kembali Gelar Ngaben dan Ngeroras Masal
- 16 Mei 2018
- 07:54 WITA
- Sosial Budaya
- Bali
Foto : Oke
KARANGASEM - Pesemetonan Pertisentana Sirr Arya Kanuruhan Karangasem kembali menggelar Ngaben dan Ngeroras masal. Upacara ini dilakukan untuk ke empat kalinya. Dimana selalu digelar setiap lima tahun sekali.
Selaian Ngaben dan Ngeroras juga akan di gelar Mandak Nuntun serta upacara menusia Yadnya yakni Metatah dan Mekutang Bok secara massal. Sampai saat ini peserta untuk Ngaben masal sendiri sampai saat ini sudah ada 148 sawa dari 48 Dadia yang ada di Karangasem. jumlah ini dipastikan akan terus bertambah karena pihak panpel sendiri masih membuka pendaftaran. Bahkan ada harapan kalau pesemetonan di seluruh Bali bisa bergabung.
Dimana pada lima tahun lalu pesemetonan seluruh Bali bergabung dengan jumpah puspa untuk Ngeroras sampai 808 puspa. Selama ini diakui sambutan dan peserta biasanya meningkat terus. Awalnya kegiatan ini dilakukan pengurus pesemetonan Arya Kanuruhan tingkat Kecamatan, lalu Kebupatan bahkan tahun lalu leval Bali dan Nasional. Karena lima tahun lalu ada peserta dari luar Bali seperti dari Lampung. “Kalau lima tahun lalu pesertanya ada dari Lampung,” ujar Wayan Geredeg pengrajeg Karya sekagus penglingsir Sire Arya Kenuruhan Pusat disela sela upacara Ngantukang Dewi Sri dan ngelukat genah karya kemarin.
Selaian itu pada lima tahun lalu juga ada peserta dari Bangli dan Singaraja. Sementara upacara Ngeruak Karang dan ngantukang Dewi Sri dilakukan kemarin pagi dengan di puput Ide Pedanda Gede Pasuruan dari Geria Kawan, Sibetan. Prosesi tersebut juga ada dilakukan mencucikan tempat upacara atau Piyadnya dengan menggelar Prayascista Durmangala di areal Sawah yang akan dipergunakan sebagai tempat upacara.
Upacara ngatukang Dewi Sri menurut Prawartaka Karya Komang Kisid dilakukan karena tempat tersebut awalnya adalah areal sawah. Sehingga sesuai keyakinan Hindu sebelum dilakukan untuk tempat upacara maka Dewi Sri diminta pindah untuk sementara karena tempat itu akan dipakai tempat upacara.
Upacara kemarin dihadiri sekitar 2000 kerama Arya Kenuruhan di Karangasem. hadir juga saat itu Ketua DPRD Karangasem Nengah Sumardi. Sementara itu Kisid mengatakan dengan dilakukan secara bersama sama atau masal maka biaya bisa ditekan. Dengan demikian tidak akan memberatkan umat.
Sementara Sumardi sendiri mendorong upacara masal seperti ini. Karena selama ini upacara termasuk salah satu yang menghabiskan anggaran besar. Dengan dilakukan secara bersama sama seperti ini maka biaya bisa ditekan. Ini juga sejalan dengan semengat pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan.
“Ngaben dan Ngeroras butuh biaya besar kalau dilakukan perorangan, dengan dilakukan secara masal maka bisa menakan biaya,” ujarnya. hal ini akan sangat membantu program pemerintah dari sisi pengentasan kemiskinan. Dengan demikian biaya upacara yang besar ini bisa dipergunakan untuk kepentingan lain seperti pendidikan.
Sementara itu puncak Karya Ngaben akan dilakukan 20 Juli mendatang dan Atma Wedana akan dilakukan 20 September. Disela sela itu akan dilakukan upacara manusia Yadnya seperti Potong Gigi dan juga Mekutang Bok (potong rambut red). Sementara biaya yang dikenakan per orangnya dari Ngaben sampai Ngeroras Mendak Nuntun sebesar Rp 1,5 juta. ini diakui sangat membantu kerama. Karena kalau dilakukan di rumah perorangan bisa menghabiskan Rp 100 juta lebih.
Sementara total anggaran yang diperkirakan di habiskan sekitar Rp 1,3 miliar. “Saya yakin peserta akan bertambah dan bisa dari luar Karangasem, ini mereka masih ragu karena kondisi Gunung Agung dikira tidak akan jalan tahun ini,” ujar Geredeg yang juga mantan Bupati Karangasem.
dirinya juga meminta kerama untuk mendoakan agar upacara ini berjalan lancer sekaligus Ide Betara Giri Tohlangkir (Gunung Agung Red) menganugrahkan keselamatan dan tidak terjadi erupsi. Dimana saat upacara ini dilakukan lima tahun lalu sekitar 20 ribu kerama hadir dan terlibat dalam upacara tersebut. sementara itu nampak hadir juga Prof Dr Supartha Pembina Forum Sekar dan juga hadir Ide Sri Agung Sidi Yoga dari Geria Belahbatuh, Gianyar. (Oke)
Komentar