Pilih Swakelola, Koster-Ace Siapkan Program Bedah Rumah Rp 50 Juta
foto : istimewa
KARANGASEM - Salah satu program unggulan pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Bali nomor urut 1, Wayan Koster-Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati (Koster-Ace) adalah di bidang sandang, pangan dan papan. Khusus untuk papan, Wayan Koster berkomitmen melanjutkan program yang telah dijalankan oleh Made Mangku Pastika yakni bedah rumah. Kebetulan, Made Mangku Pastika memang memintanya untuk melanjutkan program yang amat diperlukan oleh masyarakat itu jika terpilih sebagai Gubernur Bali.
Koster berkomitmen melanjutkan. Bahkan, ia siap menambah dana untuk program bedah rumah dari sebelumnya Rp30 juta menjadi Rp50 juta. "Kalau Rp30 juta setelah dievaluasi belum bida plester rumahnya. Maka dinaikkan jadi Rp50 juta agar bisa beres semuanya," kata Koster di hadapan ratusan warga Desa Duda, Kecamatan Selat, Karangasem di Banjar Bangbang Biaung, Senin 30 April 2018.
Yang menarik, Koster mempersilakan bagi penerima program bantuan bedah rumah di masa kepemimpinan Made Mangku Pastika sebesar Rp30 juta untuk mengajukan kembali di era kepemimpinannya kelak. Koster akan menambah satuan biaya sebesar Rp20 juta agar genap menjadi Rp50 juta. "Nanti yang sudah dapat program sebelumnya sebesar Rp30 juta ajukan lagi, dibantu lagi Rp20 juta biar sama dapatnya dengan yang baru Rp50 juta," kata Koster.
Sementara bagi yang belum tersentuh program bedah rumah sama sekali, akan mendapatkan dana full sejumlah Rp50 juta. "Yang belum dapat sama sekali dananya dikucurkan penuh Rp50 juta," papar dia. Tak hanya itu, Koster juga merancang program bangun rumah layak huni bagi masyarakat miskin. Mereka yang belum memiliki rumah dipersilakan mengajukan anggaran kepada Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali.
"Bagi yang belum punya rumah dan mau bangun, ayo. Asal ada tanahnya, silakan bangun dananya di-backup pemerintah sebesar Rp50 juta," paparnya. Nantinya, seluruh program itu, baik bedah rumah maupun bangun rumah akan dikelola secara swadaya dan gotong royong. "Tidak lagi menggunakan kontraktor. Karena kalau pakai kontraktor itu dia pasti cari untung minimal 10 persen. Nanti swakelola dan gotong royong. Dana bantuannya langsung diserahkan kepada desa," demikian Koster. (*)
Komentar