Gusti Lanang Mantra, Garap Sampah Plastik Jadi Pakaian Model
I Gusti Lanang Mantra dengan Karyanya dari Daur Ulang. Foto : Ist
KARANGASEM - I Gusti Lanang Mantra boleh di bilang seniman serba bisa. Selaian piawai melukis dan juga fotografer yang bersangkutan juga merupakan seorag disainer. Semua dikerjakan secara otodidak dengan belajar sendiri. Bakat seninya ini mengalir karena orang tuanya juga merupakan Tukang.
Karirnya diawali dari melukis. Namun belaangan ini dia lebih tertarik menjadi disainer atau karya daur ulang dari sampah plastic. Yang dibuta adalah pakaian atau baju yang nantinya akan ditampilkan para model. Yang unik bahan baku yang digunakan tidak hanya kain namun malah sebagian besar dengan sampah plastic atau juga Koran bekas. Selaian hasilkarya sampah plastinya banyak yang berupa patung seperti Seten atau Devil dan ada juga berupa Lampoin dengan sampah plastic.
“Ya belakangan ini lebih menekuni resikel art atau seni daur ulang. Untuk seni daur ulang dia mulai tekuni sejak tiga tahun lalu. Karena juga menekuni dunia fotograper maka dia juga membuat atau mendisain bapakan model dai plastic bakas.
Diantaranya adalah ada karyanya yang cukup penomenal yakni gaun dari plastic bungkus kopi saset. Karya karyanya untuk seni daur ulang diakui beberapa kali ikut pemeran di Denpasar dengan bekerja sama dengan Dinas Sosial dan juga Infokom Denpasar. Karya karyanya berupa gaun juga di tampilkan oleh model model khusus. “Waktu ini kami melibatkan model bisu,” ujarnya saat ditemui Koran ini di rumahnya yang juga menjadi studio kerjanya di Banjar Menangga, Rendang. Saat ini diakui masih ada sekitar 10 karya seni daur ulang. Selaian gaun juga ada patung patung.
Salah satu karyanya yang cukup penomenal adalah Manara Feel yang terbuat dari kertas Koran. Karya ini diakui sebagai karya handalanya bahkan sudah beberapa kali ikut pemeran. Selaian itu peria yang juga Kaur Pemerintahan Di Desa Menangga ini juga kerap dipanggil untuk memberikan work shop untuk karya karya seni daur ulang sampah plastic.
“Karya saya seperti Setan ini sempat di pamerkan di Warung Tekor, Desa Wisata Kertalaggu. Ayah dua putri satu putra ini mengakui kalau gatal melihat sampah plastic dan barang bekas. Begitu melihat kardus bekas disekitar rumahnya langsung tertarik menjadikan bahan bahan seni.
Setiap hari mengaku kerap mengerjakan seni daur ulang di rumahnya. Sementara Patung Devil sendiri saat ini belum selesai 100 persen. Patung ini murni berbaha baku kertas Koran dan sampah pastik. Sementara bagian giginya terbuat dari puntung rokok.
Dirinya mengaku tertarik menjadikan plastic dan sampah sebagai bahan seni karena kepedulianya terhadap lingkungan. “Kalau sampah plastic itu sulit terurai dengan dijadikan Karya seni maka akan sangat mengurangi beban Bumi,” ujarnya. semangatnya adalah untuk kepedulian terhadap lingkungan.
Mantra sendiri dikenal sebagai aaktifias lingkungan. Kerap turun ke lapangan bersama komunitasnya untuk bersih bersih sampah plastic di pantai atau di lokasi lainya.
“Teman teman banyak yang aktifis lingkungan…saya lebih banyak bawa ke Karya seni,” tambah pria jangkung yang juga ikut dalam komunitas nuduk sampah plastic.
Sementara untuk karya lukisanya saat ini ada dua. Dan itu sudah karya lama yakni Dewi Kwan In dan lukisan Wanita dari pembungkus Kopi. Saat ini dia mengakui sedang menyelesaikan beberapa pakaian seperti gaun dari barang bekas untuk rencana show. Mantra mengakui kalau bakat seninya mulai muncul sejak tahun 1985 saat masih muda. Waktu itu tergabung dalam seke muda mudi dan diberikan tugas untuk menggambar sebuah lukisan dengan Cat.
Sejak itu peria kelahiran Agustus 1965 silam tersebut terus menekuni dunia seni. Untuk urusan komersil dia mengakui bukan yang utama yang terpenting adalah kepuasan batin. Karena itu dalam berkarya dia mengaku tidak bisa didikte namun tergantung mod.
Untuk mengetahui karya karyanya sekarang ini banyak tersimpan di Art Shop Mega di Denpasar. sementara itu sejauh ini memang bakat seni belum banyak yang mengalir ke anak anaknya. Anak keduanya malah berpretasi dalam bidang lain yakni Olahraga. “anak kedua saya I Gusti Agung Ayu Ratih malah pesilat Bakti Negara pernah bertanding di Porprov Bali,” ujarnya. hanya anak ketiganya yakni I Gusti Lanang Agung Bagus Krisna yang sepertinya memiliki bakat seni. Hanya saja dalam bidang seni tabuh. Saat ini anak yang masih duduk di kelas V SD ini sebagai tukang Suling di seka Gong.
Sementara anak pernama malah sebagai akunting dan bekerja di sebuah Bank Swasta di Denpasar, dia adalah I Gusti Ayu Agung Pradnya. “Kalau untuk jadi model anak anak tidak ada yang mau,” ujarnya sambil tertawa lepas.
Kembali ke soal seni fotografer dia melah mengakui tidak paham enggel yang penting adalah hasil jepretan fotonya.
Karya karyanya juga kerap di pamerkan dan selalu siap tampil pada acara amal untuk kemanusiaan. Salah satu karya seni daur ulang yang di tampilkan di Madam Restoran, Renon adalah Cleopatra dan Medusa.
Yang tidak kalah menarik adalah karya atau disain yang terbuat dari kardus bekas. “Saya melihat ada banyak kardus bekas di sebeleh rumah, saya ambil dan takjadikan seperti ini,” ujarnya.
Sementara untuk bahan baku sejauh ini dia mengaku tidak masalah. Hanya yang menjadi masalah adalah mod saat berkarya. Dia mengakui karya karyanya banyak yang bersifat spontan. “Sat anak saya ulang tahun banyak kertas kado berserakan, ketimang jadi sampah saya ambil dan olah jadi karya seni,” akunya. Yang jelas hasil garapanya nyaris tidak ada yang menggunakan mesin jahit. Karya lainya juga pernah buat karya kolosal yakni tari Cak saat hut RI di Tukad Arca pada Hut Proklamasi tahun lalu. “Kami awali dengan Upacara bendera lanjut penampilan seni Cak,” akunya.
Parahnya saat dia sakit karena keseleo pada bagian kaki sehingga harus istirahat selama sebulan malah digunakan untuk berkarya. Bahkan ada 10 buah hasil karya terbarunya justru saat dia sakit tidak bisa keluar rumah.
Gebrakan pertamanya pernah juga buat ogoh ogoh mini. Ada puluhan ogoh ogoh yang dia pajang di tokonya di Menangga berhasil terjual. (Oke)
Komentar