Media Berita Online Bali Terkini, Kabar Terbaru Bali - Beritabali.com

Sokan Ngusaba, Persembahan Kepada Leluhur

Warga Tukad Sabuh, Santi Dewi sedang Metanding Sokan, guna sembahyang Ngusaba Dodol. Foto : Oke

KARANGASEM - Warga Desa Pakraman Duda hari ini akan menggelar Ngusaba Dodol atau Ngusaba Dimel. Tradisi ini digelar setahun sekali menjelang hari Raya Nyepi. Ngosaba Dodol termasuk salah satu aci khusus dan besar yang di gelar di Desa Pakraman Duda, termasuk beberapa Desa Pakraman lainya di Kecamatan Selat termasuk Desa adat Geriana Kangin yang masih masuk dalam kuub Desa adat Duda.

Berbagai tahapan dilakukan untuk merayakan Ngusaba Dodol. Diawali dengan membuat Dodol yang merupakan panganan atau jajan khusus untuk Ngusaba. Kemudian membuat Jajan Uli, Bantal dan juga Tipat. Saat Penampahan Ngusaba, Senin kemarin warga juga membuat persiapan piranti Upacara. Diantaranya membuat Sate lengkap, lawar dan juga pesan untuk sarana upacara. Ada beberapa sate wajib untuk sarana upacara yang akan di isi di Sokan, sesaji khusus yang akan di persembahkan saat puncak Ngusaba. Diantara Sate lilit, Asem, Kuung, gunting, jepit dan juga yang lainya.

Sementara itu kemarin warga mulai metanding banten atau sarana upacara yang akan di persembahkan hari ini. Yang tidak kalah rumit adalah metanding Sokan. Yakni sarana upacara khusus yang hanya dibuat saag Ngosaba Dodol. Sokan ada dua macam. Ada yang di gotong olah laki laki dan ada yang di usung oleh ibu ibu atau kaum perempuan. Keduanya akan di persembahkan saat puncak Ngusaba di Pura Ibu atau Paibon dan juga Pura Dalem.

Sokan sendiri merupakan sarana upacara yang akan dipersembahkan kepada leluhur. Sebagai ujud bakti pertisentana atau keturunan kepada sang leluhur. Diyakni juga kalau sisi dari Sokan tersebut tidak boleh berubah ubah. Apa yang disi sejak awal Ngusaba dilanjutkan di tahun tahun berikutnya.

Diantaranya jenis buah buahan juga harus seperti itu. Bahkan warga tetap harus berusaha mencari sekalipun jenis buah tersebut sekarang ini sudah langka. Diantaanya adalaj Jeruk Bali.

“Mahal pun harus kita beli agar dapat untuk sesajan,” ujar Santi Dewi, warga Dusun Tukad Sabuh yang juga akan merayakan Ngusaba di Pura Dalem Geriana Kangin.

Sokan pada intinya terdiri dari sarwa telu minimal (atau serta tiga). Jajanan tiga macam, juga buah buahan tiga jenis. Buah yang di utamakan adalah buah lokal. Selaian jeruk Bali yang sulit dicari sekarang ini adalah buah Belima Bali, boni dan juga jenis lainya seperti Wani. Ini juga bagian dari melestarikan buah buahan lokal.

“Ritual ini syarat dengan lokal Genius,” ujar Nyoman Sulatra warga Tukad Sabuh lainya.

Dirinya berharap dengan ritual seperti ini buah buahan lokal Bali akan dikenal dan kembali di cari. Yang pada akhirnya juga kembali di kembangkan dan dilestarikan.

Setiap kepala rumah tangga atau warga yang sudah berumah tangga akan mempersembahkan Banten Sokan. Sekalipun tidak di wajibkan namun mereka akan berusaha untuk membuat demi rasa bakti kepada leluhur.

Tradisi Ngusaba Dodol sendiri merupakan tradisi tua yang diyakini sudah ada sejak jaman adat Bali atau kerajaan Bali dulu. Sementara Sokan untuk laki laki akan di gotong berdua sampai di Pura. Ngusaba Dodol ini tepat dilakukan saat Kajeng sasih Kesanga. Terkadang bersamaan dengan Taur Kesanga terkadang juga lepas. Kali ini Ngusaba Dodol tidak bersamaan dengan Taur Kesanga. Sementara untuk Taur Kesanga akan di gelar di perempatan Agung desa pakraman Masing masing.

Sementara itu selain sarana utama Ngusaba Dodol berupa sokan, warga juga metanding banten Ngusaba atau banten Cacakan. Banten ini nantinya akan di persembahkan disetiap pelinggih yang ada di kawasan Desa Pakraman. Per kelapa keluarga bisa membuat sampai 100 tanding Banten Ngusaba. Maturan banten Cacakan Ngusaba dilakukan pagi hari. Namun sekarang banyak warga yang sudah melakukan disore hari sehari menjelang puncak Ngusaba. Mereka warga perempuan keliling ke semua pura termasuk kebun untuk melakukan persembahyangan.

Banten Cacakan Ngusaba ini juga khusus karena ada dodol, jaje uli, krupuk, tempani dan buah buahan. Karena ini tradisi sacral warga yang merantau pun biasanya akan pulang kampong saat hari H ngusaba. Puncaknya akan dilakukan sembahyang bersama dengan Persembahan Sokan tersebut. yang nantinya di akhiri kramaning sembah dan nunas tirta lan bija. Upacara di Pura Dalem nantinya akan di puput seorang sulinggih. Disinggung kondisi Gunung Agung yang belakangan ini masih aktif, warga sendiri mengaku tidak terlalu terpengeruh.  Warga tetap focus menggelar ngusaba terlebih lagi radius sekarang ini sudah dipersempit jadi 4 km. warga sendiri berharap Gunung Agung akan tetap adem dan warga bisa melaksanakan ritual Ngusaba Dodol dengan khusuk. “Kami tidak terlalu terpengeruh dengan kondisi Gunung Agung, dan yakin akan baik baik saja dan tetap focus menggelar aci Ngusaba,” ujar warga Geriana Kangin Nyoman Selamet. (Oke/Cia)

Komentar