Desa Duda Bangkitkan Tradisi Kuno Siat Api
- 16 Februari 2018
- 07:36 WITA
- Sosial Budaya
- Bali
Tradisi 'Siat Api' yang telah lama hilang kembali dihidupkan warga Desa Duda, Karangasem. Kamis (15/2). Foto : Oke
KARANGASEM - Desa Pakraman Duda, Selat, Karangasem kembali membangkitkan tradisi lama ‘Siat Api’ yang sebelumnya tak pernah lagi digelar sejak puluhan tahun lalu. Bedanya, tradisi ini digelar bukan saat pengrupukan melainkan digelar saat ‘Ngesanga’ yakni saat penerimaan sasih Kesanga (bulan Sembilan penanggalan Bali red).
Awalnya, para peserta ‘Siat Api’ berkumpul terlebih dulu di Jaba Pura Puseh, Desa Pakraman Duda, Karangasem. Mereka menggelar persembahyangan bersama guna memohon keselamatan, sekaligus kesuksesan tradisi Siat Api. Usai sembahyang, mereka kemudian menuju Jembatan diatas Tukad Sangsang. Menurut radisi lama, Perang atau Siat Api ini memang wajib dilakukan di tempat itu. Kamis (15/2) sore.
Para peserta mengenakan pakaian adat dan saput sekaligus menandakan peserta yang akan ikut memeriahkan perang api dengan warga lainnya. Tepat saat nyaluk Sandikala, mereka sudah berkumpul di atas jembatan Tukad Sangsang yang juga merupakan batas Banjar Pesangkan dan Banjar Duda.
Meski sudah lama tidak digelar, namun begitu rencana siat api diumumnkan, kerumunan warga sudah memenuhi sekitar lokasi. Maklum saja, tradisi yang sebelumnya tak pernah digelar puluhan tahun silam sebentar lagi akan mereka saksikan.
Ditangan para peserta, nampak sudah memegang perakpak atau sejenis obor yang terbuat dari dahan Kepala Kering dan sudah di nyalakan. Antusiasme warga untuk menonton menjadi bagian tradisi kuno siat api yang memenuhi areal lokasi.
Belum diketahui penyebab hingga ‘Siat Api’ ini digelar, namun menurut anggota Kerta Desa, Desa Pakraman Duda, Gede Pawana, menyatakan bahwa tradisi siat api ini merupakan tradisi kuno peninggalan nenek moyang jaman dahulu.
Hanya saja menurut Pawana yang juga Perbekel Desa Duda Timur ini, mengakui kalau tradisi tersebut sempat vakum sejak tahun 1963 silam. Pawana sendiri mengaku tidak mengetahui kendala dan alasan kenapa tradisi tersebut tidak di gelar.
“Sejak dahulu siat api ini sebenarnya sudah ada, sesuai tradisi para tetua,” ujar Pawana.
Karena itu, bersama dengan Bendesa adat Duda Jro Komang Sujana berusaha menggali dan mengaktifkan tradisi tersebut, dan langsung mendapat respon positif dari kerama Desa dan juga para Yowana.
Siat Api sendiri dilakukan tepat saat Ngesanga di Desa adat Duda. Dimana saat itu dilakukan me tek tek pros (menyalakan api prakpak di depan rumah tepat sandi kala).
Begitu usai me ‘tek tek pros api’ dari daun kelapa kering tersebut diambil dan dijadikan sarana untuk perang atau siat api. Ini menurut Pawana sebagai bentuk tradisi untuk Nyomia Buta Kala.
“Kalau di Denpasar dan di daerah lain dilakukan saat Pengrupukan malam nyepi, tetapi di Desa Adat Duda dan sekitarnya dilakukan saat Ngesanga atau saat penerimaan sasih Kesanga (bulan Sembilan penanggalan Bali, red),” Tambahnya.
Selaian menggunakan perakpak dari sisa kegiatan Me Tektek Pros panitia juga menyiapkan perakpak. Tepat sandi kala usai kegiatan Me Tek Tek Pros di rumah masing masing siat api mulai dilakukan.
Peserta terbagi dua kelompok, dimana krama Desa dari barat Tukad Sangsang, berhadap hadapan dengan Kerama Desa yang ada di Timur Tukad Sangsang. Pertempuran siat api terjadi diatas jembatan Tukad Sangsang. Yakni dengan cara membenturkan perakpak atau obor dari kelapa kering yang sudah dinyalakan dengan api.
“Kalau maknanya mirip dengan Ogoh ogoh untuk Nyomia Buta Kala,” ujarnya.
Meski hanya berlangsung hanya 20 menit, namun kegembiraan warga yang menonton nampak terlihat usai menyaksikan tradisi dimana sejak puluhan tahun tidak mereka saksikan.
Untuk itu, rencananya, perang api ini rencananya akan rutin digelar setip tahun.
Bahkan tahun depan akan di gelar Siap Api Agung. Yakni dengan melibatkan lebih banyak peserta. Kerama yang akan tampil ngayah bisa dari warga desa pakraman, pecalang dan kalangan muda.
“Kami di Desa Pakraman Duda sudah sepakat untuk menghidupkan kembali tradisi tersebut dengan menggelarnya setiap tahun,” ujar Jro Komang Sujana bendesa adat Duda.
Saat siat api, Bendesa adat Duda, Jro Komang Sujana tampil sebagai wasit dan akan meminpin langsung tradisi tersebut. sementara sebagai panglima atau pinpinan pasukan dari sisi timur adalah Gede Pawana yang juga Perbekel Duda Timur dan I Gusti Agung Lanang Putra dari sisi barat yang juga Perbekel Duda.
“Ini juga sebagai ajang silaturahmi antar kerama adat juga remaja sekaligus meningkatkan rasa persaudaraan,” ujar Pawana.
Bunyi gambelan Bala Ganjur dan nyayian nyayian sacral turut mewarnai tradisi ‘Siat Api’ tersebut. Tradisi ini juga terkait dengan perayaan Ngusaba Dalam atau Ngusaba Dodol di Desa adat Duda. Dimana dengan sudah di Somia para Bhuta Kala sehingga tidak menggangu lagi kerama yang akan mempersiapkan upacara Ngusaba Dodol. Aci ini sendiri merupakan salah satu aci besar di Desa Pakraman Duda. (Oke/Cia)
Komentar