Geredeg : Jangan Jadikan Gunung Agung Obyek Wisata
- 15 Januari 2018
- 06:36 WITA
- Sosial Budaya
- Bali
I Wayan Gredeg saat pemotongan tumpeng HUT ke III RS Bali Med Karangasem. Minggu (14/1). Foto : Oke
KARANGASEM - Mantan Bupati Karangasem, I Wayan Geredeg menilai kalau erupsi Gunung Agung yang terjadi sekarang ini juga karena ada kesalahan dari manusia sehingga alam murka. Menurutnya, pendakian boleh saja dilakukan, namun berkaitan dengan spiritual bukan untuk berwisata.
Hal ini dikemukakan Geredeg saat memberikan sambutan sat HUT ke III Rumah Sakit Bali Med Karangasem di rumahnya di Banjar Kerteg, Sibetan. Geredeg sendiri adalah komisaris PT Tunjung Biru selalu owner RS Bali Med Karangasem.
Geredeng sekaligus tidak setuju jika Gunung Agung dibuka seperti sekarang ini bahkan dijadikan obyek wisata. Menurut Geredeg yang boleh mendaki nantinya adalah yang berkaitan dengan spiritual bukan sebagai obyek.
Sebelum erupsi, Gunung Agung kerap dijual sebagai obyek wisata, sehingga banyak wisatawan dari berbagai belahan dunia naik ke puncak Gunung Agung. Sebagai Gunung yang sangat di sakralkan hal ini menurut mantan Karangasem Satu tersebut adalah tidak pas karena dikhawatirkan membuat cemer au leteh.
“Ke depan, sebaiknya Gunung Agung ditutup untuk obyek wisata dan hanya untuk kepentingan ritual. Kalau hanya sekedar mendaki karena ingin tahu atau mau menaklukan Gunung Agung sebaiknya tidak diberikan,” ujar Geredeg Minggu kemarin.
Bahknya dirinya juga pernah menengar kalau ada yang naik bersama pacar atau pacaran di puncak Gunung Agung. Selaian itu, wisatawan yang naik juga ada yang kotor kain atau lagi cuntaka dan sesuai dengan Tradisi Hindu, hal ini tidak di bolehkan masuk ke tempat suci. Gunung Agung juga termasuk yang di sucikan karena itu sewajarnya ada aturan wisatawan untuk naik dan mereka yang akan sembahyang saja.
“Masih banyak obyek wisata lainya selaian Gunung Agung, sebaiknya maksimalkan itu saja,” ujarnya.
Geredeg menilai bencana erupsi yang terjadi juga sebagai bentuk teguran karena pendakian ke Gunung Agung sudah ke bablasan.
Sementara itu, Geredeg mengakui kalau RS Bali Med memang ada di bantaran sungai dan masuk zona bahaya I. namun demikian sesuai dengan pengalaman tahun 1963 letusan yang terjadi tidak sekaligus namun bertahap. Karena yang sampai ke Subagan dan sekitarnya adalah lahar dingin. Namun demikian Bali Med sempat panic tanggal 22 September lalu. Saat itu pasian Bali Med sempat di evakuasi dan RS di kosongkan. Hanya saja itu terjadi hanya dua hari. Kemudian secara perlahan RS Bali Med buka kembali diawali dengan UGD lalu perawatan lainya.
Geredeg juga meminta warga tidak usah terlalu panic, namun tetap waspada dengan kondisi Gunung Agung sekarang ini.
Sementara itu pada HUT ke III kali ini Bali Med Karangasem menggelar jalan sehat dengan melibatkan karyawan dan pemilik saham RS Swasta terbesar di Karangasem tersebut.
Jalan santai dimulai pukul 06.30 dengan start di Banjar Kerteg atau rumah Wayan Geredeg menuju Macang dan kemudia kembali dengan jarak sekitar 5 KM. perayaan Hut kali ini juga dirayakan dengan sederhana.
Sementara itu kegiatan lainya seperti pengobatan gratis untuk para pengungsi Gunung Agung kerap dilakukan RS Bali Med dengan bekerjasama dengan PMI Karangasem. Bali Med sendiri sekarang memiliki 250 karyawan termasuk dokter ahli. Hampir sebagian besar dokter spesialis sudah dimilikinya. Sementara itu, untuk beberapa dokter ahli langka Bali Med malah sudah punya seperti bedah tulang dan ahli syaraf.
“Yang belum kita punya adalag dokter ahli mata dan jantung,” ujar pria yang juga dokter spesialis kandungan tersebut.
Sementara itu, Parwata juga mengatakan kalau RS Bali Med peduli dengan masyarakat miskin. Karenanya Bali Med melayani sepenuhnya pasian BPJS. Diakui memang untuk ruang kelas III memang masih terbatas yakni hanya enam bed, namun demikian kalau ada pasian kelas III dan ruangan lainya masih kosong maka akan dipergunakan ruangan VIP atau yang lainya dengan biaya sama kelas III.
Sementara syarat RS harus memiliki 15 persen kamar kelas III diakui memang belum terpenuhi. Namun demikian Bali Med akan terus berusaha bahkan dalam waktu dekat ini berencana akan membagun gedung baru dengan tambahan 64 kamar lagi. Sehingga menjadi 100 kamar sebagai syarat naik kelas ke kelas C. selama ini Bali Med masih berada di kelas D.
Hal yang sama juga dikemukakan Dirut Bali Med dr Nengah Suranten yang mengakui pelayanan kepada pesian adalah sangat diperhatikan. Dan kedepan akan terus ditingkatkan. Sementara untuk kepemilikan saham mayoritas sekarang ini sebanyak 45 persen adalah milik di Wayan Geredeg dan keluarganya. Sementara 30 persen adalah para dokter yang ada di Karangasem dan sisanya 20 persen milik Bali Med Denpasar.
Sementara itu tingkat hunian RS tersebut sebelum terjadi erupsi Gunung Agung mencapai 80 persen. Namun sekarang ini sekitar 50 persen. Penurunan terjadi karena banyak warga yang mengungsi akibat dampak erupsi Gunung Agung.
Menanggapi kalau BPJS berencana akan menghapus tanggungan untuk penyakit ginjal dan Jantung, pihak Bali Med sendiri mengatakan sejauh ini masih wacana. Memag sempat muncul gagasan tersebut karena kedua penyakit tersebut menyedot anggaran cukup besar BPJS, hanya saja sampai saat ini masih ditanggung.
Geredeg sendiri berpesan agar Bali Med tidak membedakan pelayanan pasian miskin dan kaya. Namun dilayani dengan sama baiknya. Peningkatan kamar nantinya dengan tujuan untuk meningkatkan pelayanan. Begitu juga dengan jumlah para medis dan dokter.
“Bali Med tidak ada menolak pasian BPJS sekalipun ruang rawat kelas III sudah penuh, kami akan tetap memberikan pelayanan dengan menempatkan di kelas VIP,” ujar dr Suranten.
Sementara itu Ketua DPRD Karangasem I Nengah Sumardi yang di tundang dalam kegiatan tersebut meminta agar Bali Med memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat Karangasem. Karangasem selaian pembagunan dalam bidang pendidikan, kesehatan juga sangat penting. Makanya kehadiran Bali Med sangat penting untuk bersama sama meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Karangasem.
“Kedepan saya berharap Bali Med terus berkembang dan mampu memberikan pelayanan terbaik untuk masyarakat Karangasem,” bebernya. (Oke/Cia)
Komentar