Dilepas Sederhana, Satu 'Godel' Mati Terjepit
Pengungsi Pupuan Pulang Kampung
foto : Liputan Bali. com
TABANAN - Belasan pengungsi yang mendiami Posko Pengungsian di Desa Pujungan, Pupuan, akhirnya pulang kampung ke Karangasem. Pemberangkatan pengungsi digelar sederhana dipasilitasi elemen pemuda Tabanan.
Ke 13 orang Krama Karangasem asal Banjar Dinas Uma, Selat, Karangasem ini, diberangkatkan dari Taman Makam Pahlawan (TMP) Pancaka Tirta, Tabanan. Kamis (16/11). Selain pengungsi, 10 ekor sapi pengungsi ikut diangkut mengunaan truk yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Bantuan truk dan bus mini secara gratis itu merupakan bantuan dari sumbangan warga, dan sengaja diberikan, karena para pengungsi mengaku belum memiliki cukup dana dan mengeluhkan mahalnya biaya trasportasi hingga mencapai jutaan rupiah ke Karangasem.
Ke tiga elemen pemuda yang terlibat membantu kepulangan pengungsi Pupuan tersebut, yakni KMHDI Tabanan, Peradah Tabanan dan Komunitas Satu Jiwa.
“Kami fasilitasi para pengungsi untuk pulang ke rumahnya, karena sebelumnya para pengungsi mengeluhkan tidak memiliki dana untuk pulang kampung. Bantuan sewa kendaraan ini merupakan bantuan Pradah Indonesia sebesar dua juta rupiah,” papar Ketua Peradah Tabanan, I Made Argawa kepada media kemarin.
Sayangnya, salah seorang pengungsi, yakni Ni Nyoman Sudiasih (43) harus merelakan kehilangan anak sapi (Godel) yang telah dirawatnya selama dua bulan di pengungsian.
Pengungsi Sudiasih pun menangis sejadi-jadinya, melihat anak godel yang merupakan harta bernilai satu-satunya telah mati di atas truk. Rupanya, godel yang telah dirawat dua bulan tersebut, mati terinjak-injak oleh sapi-sapi besar yang dinaikkan jadi satu dalam satu truk.
“Dia menangis karena anak sapinya meninggal diinjak di atas truk,” ungkap Ni Nyoman Suryati, pengungsi lainnya.
Meski harus melerakan anak sapinya mati, namun para pengungsi megaku senang sebab bisa kembali ke rumah, terlebih lagi kepulangan mereka telah dipasilitasi oleh pemuda Tabanan setampat.
Krama Karangasem ini selebihnya akan kembali memulai hidup baru di kampungnya selama Gunung Agung masih dalam kondisi aman. Namun jika kondisi Gunung Agung erufsi, warga ini berniat kembali untuk mengungsi ke Pupuan mengingat keluarga mereka juga ada di Pupuan. (Cia)
Komentar