Viral Video Remas ‘Nyonyo’ Teman Sekelas
Empat Siswa SMK TJ Tabanan Dikeluarkan
Foto : Ilustrasi
TABANAN – Empat siswa kelas 11 SMK Pariwasata Tri Atma Jaya (TJ) di Tabanan, terpaksa harus dikeluarkan dari sekolahnya, lantaran melakukan pelecehan terhadap teman sekelasnya. Akibatnya, korban (sebut saja Bunga,..) masih trauma dan terus menangis atas kasus tersebut.
Dalam video viral tersebut, nampak satu orang meremas ‘nyonyo’ siswa perempuan, sementara tiga siswa lainnya, ikut membantu dengan memegang tangan korban, sekaligus merekam adegan pelecehan tersebut.
Meski terkesan bercanda, namun video berdurasi sekitar 8 menit itu membuat pihak sekolah SMKTK gempar sebab menjadi viral di dunia maya. Pihak sekolah pun telah bertindak cepat dengan mengumpulkan para orang tua siswa, Kamis (16/11) pagi.
Hasilnya, ke empat siswa yang melakukan pelecehan tersebut diputukan dikeluarkan dari sekolah, dan dikembalikan ke orang tua masing-masing untuk dibina.
Ke empat siswa berinisial R asal Kerambitan, P asal Beraban, D asal Jambe dan R asal Marga itu, sekaligus disarankan untuk mencari sekolah baru karena sudah melanggar aturan kesiswaan yang berlaku.
“Ke empat siswa tersebut sudah kami kembalikan ke orang tua masing-masing untuk dibina. Mereka tetap bisa mengikuti ulangan umum. Namun selanjutnya mereka disarankan mencari sekolah baru,” tegas Kepala Sekolah SMK Pariwisata, Tri Atma Jaya Tabanan, I Made Arimbawa didampingi Wakasek Manajemen Mutu I Gede Putu Adi Putra Negara dan Wakasek Kesiswaan I Nyoman Budiartana saat ditemui di SMK Tri Atma Jaya, Kamis siang.
Dijelaskan, peristiwa pelecehan terhadap bunga asal Selemadeg Barat, bermula saat praktikum laundry. Waktu itu, air PAM macet dan memaksa guru pendamping keluar kelas membenarkan air PAM yang macet. Saat Guru pendamping keluar itulah kasus pelecehan terhadap bunga dilakukan.
“Peristiwa itu terjadi sekitar pukul 10.00 wita, dan videonya telah viral entah siap yang menyebarkan, sehingga membuat kami memberikan sangsi tegas,” papar Wakasek Manajemen Mutu, I Gede Putu Adi Putra Negara.
Hal ini tegasnya, merupakan pelajaran berharga bagi sekolah dan diharapkan tidak terulang kembali. Untuk mengantisipasi hal itu, ke depan, segala bentuk praktkum di SMK TJ akan digelar secara terpisah antara siswa laki-laki dan siswa perempuan. Atau minimal didampingi dua orang guru pendamping sekaligus agar kejadian serupa tidak terulang lagi.
“Kami minta maaf atas kejadian ini dan berharap kejadian serupa tidak terulang lagi,” tutur Kasek Arimbawa.
Menurut pihak sekolah, Korban Bunga saat ini masih trauma dan terus menangis. Upaya pendampingan sudah dilakukan pihak sekolah dan keluarga korban untuk memulihkan kondisi psikis korban. (Cia).
Komentar