Media Berita Online Bali Terkini, Kabar Terbaru Bali - Beritabali.com

Curator dan Pemerhati Diskusi Tentang Lontar

Prof Hedi Hinzler : Lontar Musium Leaden Belanda Tidak Asli

Para Curator, Pemerhati dan Penulis Lontar saat diskusi di Musium Lontar Penaban. foto : oke

KARANGASEM - Para curator, pemerhati dan penulis lontar bertemu muka dalam diskusi tentang lontar yang diprakarsasai Musium Lontar,  Desa Pakraman Dukuh, Penaban, Karangasem. Selain membahas keberadaan lontar dahulu dan sekarang, diskusi juga membahas keberadaan lontar yang tersimpan di Musium Leaden Belanda.     

Diantara deretan pemerhati, nampak pemerhati sekaligus peneliti lontar dari Musium Leaden, Prof Dr Hedi Hinzler. Pemerhati dan penulis lontar asal Gumi Lahar Karangasem juga nampak dalam diskusi yang digelar di Musium Lontar Desa Pakraman Dukuh Penaban, kemarin seperti Dewa Gede Catra, Sugi Lanus dan beberapa pemerhati lontar lainya.

Beberapa masalah perlontaran ikut dibahas seperti lontar kepangkuan yakni Sangkul Putih. Keberadaan lontar di Musium Lontar Leaden Belanda juga jadi bahasan menarik peserta diskusi.

Menurut Prof Hedi, lontar asal Bali banyak tersimpan di Musium Leaden Belanda, namun tegasnya, lontar lontar yang tersimpan itu bukan merupakan lontar asli, melainkan hanya salinan.

Profesor Belanda ini juga menegaskan bahwa tidak benar jika lontar lontar di Belanda itu diambil saat jaman perang atau rampasan perang kemudian dibawa ke Belanda.

“Lontar lontar di Musium Belanda tersebut hanya salinan, bukan aslinya,” ujar Prof Hedi.

Masih menurut Prof Hedy, sejatinya lontar lontar asli masih ada di Bali, namun entah disimpan dimana, atau mungkin sudah hancur karena penyimpanannya tidak benar.

Pemerhati Lontar, Sugi Lanus juga membenarkan ucapan Prof Hedi,  bahwa lontar di Leaden Belanda bukan asli dan hanya merupakan salinan-salinan yang disimpan rapi.

Leaden memang dikenal sebagai tempat yang terbaik untuk belajar  Bahasa Bali dan Jawa Kuno. Sementara lontar lontar Bali sendiri sekarang ini aslinya ada yang disimpan di Gedung Kertia Denpasar sebanyak 2500 lontar. Sebagian lontar tersebut juga masih tersimpan di Meseum Bali.  Sementara di Meseum Lontar Dukuh Penaban sendiri ada sebanyak 2800 cakep.

“Untuk Meseum Lontar Dukuh Penabah ini sudah ada trankrip lontar asal Mesium Leaden sebanyak 2800 cakep,” tutur Bendesa adat Dukuh Penaban Nengah Suwarya.

Musium Lontar di Dukuh Penaban saat ini menyimpan lontar yang  masih asli sekitar 400 cakap.  Lontar lontar tersebut, merupakan milik masyarakat setempat yang di pinjamkan untuk di pamerkan dan disimpan di Meseum Lontar Dukuh Penaban.

Beberapa isi lontar di Musium Dukuh Penaban diantaranya tentang Usada, Kewisesan, Kesusastrawa atau Kekawin dan Lelintih.

Dalam kesempatan tersebut, Suwarya  menambahkan, ke depan, Mesium Lontar Penaban, akan dilengkapi dengan sarana work shop proses pembuatan daun lontar, juga akan nada workshop nyurat aksara di lontar dan yang lainya sehingga berguna bagi warga yang ingin belajar sastra Bali.

“Kita ingin meseum ini menjadi tempat observasi, edukasi dan konservasi lontar,” ujar Suwarya.

Selain diskusi,  juga dilakukan pemelaspasan Bale atau Pasraman Sangkul Putih. Ini merupakan salah satu kelengkapan meseum.  Bale ini sendiri dikerjakan  oleh para pemangku  di Desa Pakraman Dukuh Penaban.  Bagunan tersebut diharapka bisa dipergunakan untuk pasraman para Jro Mangku.

Saat pengerjaan open stage sudah selesai 70 persen,  sementara Bale Sangkul putih luasnya 3 are yang didalamnya terdapat Bale Pewaregan, Bale Dauh dan Bale Gede. Uniknya, tembok bagunan tersebut, terbuat dari bata Tatal yakni tanah liat yang dikeraskan. Bata Tatal ini, merupakan sumbangan warga Dukuh Penaban. Dimana masing masing KK mengeluarkan 11 buah Bata Tatal.

Untuk diketahui, meseum ini dibangun di lokasi seluas 1,5 haktar dan ditargetkan kelaar pembangunannya dalam waktu satu tahun. (Oke/Cia

Komentar