Ritual Pekelem Gunung Agung, Kerbau Hitam dan Putih Dipersembahkan
Upaya warga lakukan pendakian Gunung Agung untuk menggelar Ritual Pakelem. Kamis (02/11). Foto : ist
KARANGASEM - Sebuah ritual Pakelem digelar warga sekitar lereng Gunung Agung, Karangasem Bali. Ratusan warga nekat mendaki kawah gunung untuk melakukan ritual suci, dengan membawa berbagai jenis sarana upacara. Dua ekor kerbau hitam dan putih ikut dipersembahkan, sebagai bentuk pengorbanan suci agar umat diberi keselamatan.
Pengorbanan suci warga ini cukup kontras dibandingkan larangan pemerintah untuk tidak melakukan aktifitas dalam raidus 6 kilometer dari puncak kawah Gunung Agung.
Ada sekitar 250 warga yang berada di sekitar Pasar Agung, Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Karangasem, secara bersama-sama melakukan pendakian ke puncak gunung.
Dengan berbapakaian adat Bali, berbagai sarana suci seperti dua ekor kerbau dibawa secara bergotong royong untuk persembahan suci agar umat diberi keselamatan, ditengah kondisi Gunung Agung dalam status awas saat ini.
Sebelumnya, warga berangkat melewati jalur pendakian Pura Pasar Agung, Desa Sebudi dan mulai mendaki, Kamis (2/11) sekitar pukul 02.00 wita. Rombongan warga yang dikordinatori I Wayan Bawa ahirnya tiba di puncak pagi hari sekitar pukul 06.00 wita.
Begitu sampai di puncak kawah Gunung Agung, prosesi ritual Pakelem langsung digelar. Dipimpin Pemangku Pura Pasar Agung, Jro Mangku Gde Umbara, prosesi pakelem diikuti pemdek dengan penuh khidmat. Lantunan doa doa mengiringi prosesi Pakelem di bibir kawah Gunung Agung.
Warga juga melakukan persembahyangan bersama sebagai bentuk permohonan kepada Sang Hyang Widi agar umat diberi keselamatan, pasca aktifitas Gunung Agung yang kini masih berad di level siaga.
Puncak Pakelem, sarana suci pengorbanan dua ekor kerbau warna hitam dan putih, serta berbagai jenis binatang lainnya kemudian dimasukkan ke kawah Gunung Agung.
“Ritual Pakelem kami lakukan untuk memohon keselamatan agar umat dijauhkan dari bencana Gunung Agung yang kini masih dalam status awas,” ungkap Jro Mangku Gde Umbara.
Jro mangku juga menjelaskan, bahwa ritual Pakelem dilakukan sebagai bentuk permohonan agar Gunung Agung tidak erufsi seperti tahun 1963 silam dan kembali normal seperti biasa. Usai prosesi, warga kemudian kembali turun sekitar pukul 11. 00 wita.
Dari pantauan, di sekitar kawah nampak keluar asap solfatara dan terlihat cairan di dalam kawah. Kondisi tersebut menunjukkan aktifias Gunung Agung yang masih aktif dan sangat berbahaya. Siapapun tidak bisa memperediksi kapan Gunung Agung akan meletus dan sewaktu waktu bisa terjadi erufsi.
“Ada sekitar lima belas titik asap keluar dari kawah Gunung Agung. Gubangan air juga juga nampak dan sebagian dinding Gunung sudah longsor,” papar kordinaor warga, I Wayan Bawa.
Rencananya, Jumat besok, warga akan kembali melakukan upacara di Pura Pasar Agung yang merupakan Pujawali Purnama Kelima yang digelar setiap tahun sekali. Upacara tersebut hanya akan dilakukan satu hari, dipersingkat dari yang biasanya sebelas hari, mengingat kondisi Gunung Agung saat ini. (Oke/Cia)
Komentar